Investasi Jadi Kunci Ekonomi RI Bisa Bangkit Lagi

Investasi Jadi Kunci Ekonomi RI Bisa Bangkit Lagi

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 02 Okt 2020 15:51 WIB
Pandemi virus Corona membuat dunia usaha babak belur.  COVID-19 juga diproyeksi mendatangkan malapetaka pada ekonomi Indonesia, bahkan dunia.
Ilustrasi/Foto: Antara Foto
Jakarta -

Ekonomi Indonesia dipastikan resesi lantaran pertumbuhannya diproyeksi berada di zona negatif kembali pada kuartal III-2020. Pemerintah memperkirakan angkanya di kisaran minus 2,9% sampai minus 1%.

Dampak pandemi Corona terhadap perekonomian Indonesia masih belum bisa diselesaikan sepenuhnya. Sehingga banyak pertanyaan kapan ekonomi Indonesia kembali normal?

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu mengatakan mobilitas atau kegiatan ekonomi belakangan ini mulai membaik namun belum seperti yang diharapkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Walaupun kita lihat dari tanda-tanda mobilitas membaik dan mudah-mudahan kita bisa lihat bagaimana Indonesia dan juga bagaimana seluruh dunia mulai bisa melakukan new normal, tentunya new normal berhenti di suatu saat sehingga benar-benar normal entah 2021, 2022," kata Febrio dalam acara Dialogue KiTa secara virtual, Jakarta, Jumat (2/10/2020).

Febrio mengatakan, salah satu kunci ekonomi nasional bisa kembali normal adalah sektor investasi harus tumbuh positif. Pasalnya, kontributor ekonomi saat ini masih di zona negatif seperti tingkat konsumsi rumah tangga, ekspor, impor, dan investasi. Menurut dia, hanya belanja pemerintah yang masih tumbuh.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, dirinya mengatakan investasi yang tumbuh positif bisa menopang pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun berikutnya. Proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2020 berada di kisaran minus 1,7% sampai minus 0,6%.

"2021 karena kita berangkat dari low base di 2020. Jadi pasti ada dampaknya, pertumbuhan kita lebih mudah. Tapi tetap harus reformasi dari 2020 ke 2021, termasuk gimana pastikan investasi harus positif di 2021," ujarnya.

Lebih lanjut Febrio mengatakan, krisis yang diakibatkan oleh COVID ini berbeda dengan yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Baik di tahun 1998 maupun 2008.

Meski begitu dirinya optimistis pertumbuhan ekonomi di tahun depan akan lebih baik dibandingkan tahun 2020. Apalagi puncak pelemahan ekonomi nasional sudah terjadi pada kuartal II yang minus 5,32%.

"Tapi secara tanda-tanda, dengan angka yang kita lihat, harusnya 2021 lebih baik dari 2020 khususnya kalau 2020 tertekan sangat dalam," ungkapnya.




(hek/eds)