International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional menyerukan setiap negara harus meningkatkan investasi agar bisa menggenjot ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini mengingat pandemi COVID-19 telah merusak ekonomi global.
Dikutip dari CNBC, Selasa (6/10/2020), ekonomi global telah goyang akibat krisis kesehatan sejak pandemi COVID-19 melanda. Dampaknya, berbagai sektor ekonomi terhenti. Masyarakat khawatir mereka akan terancam kena PHK dan negara semakin menumpuk utang.
IMF memperkirakan pada Juni lalu kontraksi pada produk domestik bruto (PDB) global sebesar 4,9% selama 2020. Penurunan itu terbilang besar akibat sejumlah negara kini menghadapi gelombang kedua kasus COVID-19. Maka dari itu IMF mendesak berbagai negara untuk meningkatkan investasi guna meningkatkan ekonomi dan lapangan pekerjaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk ekonomi negara maju dan berkembang. Harus meningkatkan investasi publik sebesar 1% dari PDB. Dengan begitu masing-masing negara dapat menciptakan 7 juta lapangan pekerjaan secara langsung. Secara global antara 20 juta hingga 33 juta lapangan pekerjaan dapat tercipta," kata IMF.
IMF mengatakan bahwa meningkatkan investasi publik sebesar 1% dari PDB dapat memperkuat kepercayaan dalam pemulihan dan meningkatkan PDB sebesar 2,7%, investasi swasta sebesar 10 persen, dan lapangan kerja sebesar 1,2 persen.
Angka-angka itu dapat terealisasikan setelah dua tahun jika investasi berkualitas tinggi, dan jika beban utang publik serta swasta tidak melemahkan respons pasar terhadap stimulus.
IMF menyarankan agar investasi lebih banyak masuk ke sektor kesehatan, perumahan sosial, digitalisasi, dan perlindungan lingkungan. IMF mengatakan berinvestasi dalam infrastruktur digital lebih penting sehingga pemerintah dapat mempromosikan jarak sosial sembari mempersempit kesenjangan digital dalam masyarakat mereka.
"Bahkan dengan jarak sosial, investasi publik layak dan dapat dilakukan dengan cepat jika pemerintah mengambil empat langkah," kata IMF.
IMF mengungkap empat langkah itu berupa berinvestasi segera dalam pemeliharaan, meninjau dan memulai kembali proyek yang menjanjikan, mempercepat proyek-proyek yang sedang disiapkan untuk mewujudkannya dalam dua tahun ke depan, dan mulai merencanakan proyek baru yang selaras dengan prioritas pasca krisis negara.