Kok Bisa Inovasi Indonesia Masih Kalah dari Negeri K-Pop?

Kok Bisa Inovasi Indonesia Masih Kalah dari Negeri K-Pop?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 07 Okt 2020 09:59 WIB
Korea Selatan vs Korea Utara
Foto: Dok. Jacob Laukaitis/ Bored Panda

Tak lama Korsel kembali naik ke daftar negara berpendapatan tinggi. "Korea Selatan itu jadi salah satu negara yang bisa naik kelas dalam waktu cepat," jelas dia.

Mantan Menteri Keuangan ini menyebutkan Korea Selatan sudah menyadari sejak awal jika dia memiliki kekurangan sumber daya alam yang tidak terlalu besar. Karena itu mereka fokus ke sumber daya manusia (SDM) untuk menjalankan ekonomi berbasis inovasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Syarat pertama untuk menjalankan inovasi ini adalah memiliki manusia yang benar-benar siap untuk berinovasi dan menjalankan research and development (R&D) yang juga kuat.

Sektor andalan di Korea Selatan adalah manufaktur namun mereka tidak hanya menjadi tempat untuk merakit. Tapi juga menjadi produsen dari produk manufaktur tersebut. Misalnya pengembangan merek dan product development dilakukan secara beriringan.

ADVERTISEMENT

Contohnya adalah Korea Selatan menjadi produsen smartphone terkemuka di dunia, seperti Samsung. "Hp Korea itu terkenal bukan karena harganya yang murah-murah, bukan diskon atau bukan subsidi. Karena memang teknologinya berkembang terus, fitur baru diperkenalkan mereka membangun riset sendiri dan melakukan sendiri, bukan sekadar beli lisensi saja, makanya Samsung jadi yang terdepan. Karena itu Indonesia harus punya pemikiran seperti itu," jelasnya.

Yang menyebabkan Indonesia masih kalah jauh dari Korea Selatan adalah Indonesia kurang memanfaatkan sumber daya alam (SDA) secara maksimal. Indonesia adalah salah satu negara yang kaya namun sering tergoda dengan ekstraksi SDA. Misalnya menggali tambang, menanam dan cepat menjual hasil kebunnya. Seharusnya dari situlah inovasi berperan dengan pendekatan riset dan teknologi.

Berdasarkan studi McKinsey, pembangunan ekonomi berbasis digital bisa menciptakan pendapatan tambahan pada PDB nasional sebesar US$155 miliar di tahun 2025.

Indonesia memiliki sumber daya besar dalam menyongsong era ekonomi digital, yakni adanya masa bonus demografi atau jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding usia non-produktif. Dengan mendorong penerapan ekonomi digital akan melahirkan entrepreneur muda, yang rata-rata berusia di bawah 35 tahun. Ini terbukti dengan empat unicorn yang lahir di dalam negeri hanya dibangun dalam waktu delapan tahun.


(kil/ang)

Hide Ads