Industri penerbangan menjadi salah satu yang paling terdampak pandemi COVID-19. Tak sedikit maskapai mengajukan kebangkrutannya hingga ada yang banting setir.
Berikut daftar maskapai yang banting setir karena COVID-19:
1. AirAsia
AirAsia baru-baru ini melakukan ekspansi bisnis yakni dengan membuka layanan akikah digital. Maskapai asal Negeri Jiran itu menyediakan layanan tersebut melalui platform yang memenuhi keperluan gaya hidup muslim di bawah naungan airasia.com.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diversifikasi usaha ini dilakukan maskapai bernuansa merah itu di tengah terpuruknya bisnis penerbangan akibat pandemi COVID-19.
"Selaras dengan pengembangan bisnis digital Grup AirAsia, Ikhlas, hari ini melancarkan satu lagi layanan baru yaitu akikah," ujar Direktur Ikhlas, Ikhlas Kamarudin kepada media di Kuala Lumpur, seperti dikutip Antara, Selasa (29/9/2020).
Layanan baru ini terdiri dari akikah luar negeri yang mencakup lebih dari 35 negara di seluruh dunia termasuk Thailand, Kemboja, Vietnam, Laos, Myanmar, Filipina, Indonesia, Bangladesh, Sri Lanka, India, Palestina, Pakistan dan banyak lagi dengan harga terendah RM 580 atau Rp 2 juta lebih untuk seekor kambing.
Kemudian Akikah Makkah di mana penyembelihan akan dilakukan di Kota Suci Mekkah dengan harga terendah RM 499 atau Rp 1,7 juta untuk seekor kambing.
"Daging sembelihan tersebut akan dibagikan kepada komunitas yang memerlukan di negara-negara tersebut," katanya.
Ikhlas mengatakan AirAsia bangga memperkenalkan layanan akikah sebagai satu lagi produk mudah dengan harga yang pantas di platform perusahaan dimulai dengan paket akikah luar negeri dan akan disusul dengan paket di dalam negeri tidak lama lagi.
"Melaksanakan akikah adalah digalakkan bagi umat Islam sebagai tanda syukur untuk bayi yang baru lahir, dan di antara manfaat lain termasuk mengumumkan kelahiran bayi, merayakan bersama keluarga dan rakan-rakan, selain membantu golongan miskin," katanya.
2. Thai Airways
Thai Airways yang bangkrut kini banting setir menjadi penjual gorengan olahan sendiri. Gorengan itu adalah patong-go sejenis roti goreng atau cakwe yang per bulannya bisa menghasilkan omzet sekitar 10 juta baht setara Rp 4,7 miliar (kurs Rp 473,9/baht).
Presiden Thai Airways, Chansin Treenuchagron mengatakan, gorengan itu sangat populer sampai orang-orang rela antre panjang membelinya tiap pagi.
Dikutip dari Bangkok Post, Sabtu (10/10/2020), setiap kotak patong-go dihargai sebesar 50 baht (Rp 23.695) berisi 3 gorengan dan sebungkus saus celup yang terbuat dari ubi ungu dan telur custard.
Atas popularitas dan kesuksesan tersebut, mereka berencana membuat franchise atas produk gorengan tersebut.
Sejauh ini, Thai Airways baru punya lima gerai patong-go yang tersebar di seluruh Bangkok. Kelima gerai itu berlokasi di toko roti Puff & Pie di pasar Or Tor Kor, di kantor pusatnya di distrik Chatuchak, gedung Rak Khun Tao Fa, gedung Thai Catering di distrik Don Muang, serta kantor cabang Thai Airways di Silom.
Jajanan gorengan itu juga dijual di dua gerai di provinsi Chiang Mai. Thai Airways rutin menjualnya di pagi hari, tapi beberapa outlet tidak setiap hari buka.
Untuk diketahui, Thai Airways bangkrut setelah bertahun-tahun mismanajemen keuangan dan diperparah oleh pandemi virus Corona (COVID-19).
Maskapai ini dinyatakan bangkrut dengan total utang 332,2 miliar baht (Rp 160,2 triliun). Pengadilan Kebangkrutan Sentral kemudian memberikan persetujuan untuk restrukturisasi utang.
Berlanjut ke halaman berikutnya.