Tajir di Usia Muda Bukan Cuma Impian, Begini Caranya

Tajir di Usia Muda Bukan Cuma Impian, Begini Caranya

Vadhia Lidyana - detikFinance
Rabu, 14 Okt 2020 09:23 WIB
Ilustrasi THR
Ilustrasi/Foto: Muhammad Ridho
Jakarta -

Pandemi virus Corona (COVID-19) tak menutup peluang bisnis bagi masyarakat. Di tengah pandemi ini, banyak pebisnis baru yang lahir, dan banyak pebisnis senior yang berinovasi untuk mempertahankan usahanya.

Menurut pebisnis sukses sekaligus CEO Airmas Group Indonesia Basuki Surodjo atau yang biasa disapa Cobaz, sebagai pebisnis harus pantang mundur dan juga selalu melihat peluang agar bisa sukses atau tajir, terutama bagi pebisnis berusia muda.

"Kalau saya selalu bilang, kesuksesan itu perjalanan. Jadi kalau lagi ada tantangan, mau mundur saja, berarti itu tak niat jadi pengusaha, masih setengah-setengah. Jadi namanya kesuksesan itu banyak belajarnya," papar Cobaz dalam tayangan d'Mentor bertajuk 'Tajir di Usia Muda', Selasa (13/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bentuk pantang mundur itu ialah tak menyerah ketika menghadapi suatu masalah. Ia mencontohkan, misalnya ketika sedang menghadapi kompetitor atau pesaing yang banting harga.

"Contohnya, untuk menghadapi kompetitor harus kreatif, out of the box. Kita harus pikir, bagaimana caranya? Bikin yang lebih unggul," tutur dia.

ADVERTISEMENT

Salah satunya adalah menghadapi kompetitor dengan memberikan layanan yang jauh lebih unggul.

"Mungkin caranya itu pelayanan. Misalnya ada yang pesan barang hari itu, ya kita kirim hari itu juga atau dengan kata-kata yang lebih bagus. Jadi untuk mengatasi kompetitor yang banting harga, caranya cuma satu yaitu memberikan pelayanan yang lebih kepada user kita. Kecuali kita mau banting-bantingan juga, nggak ada untungnya semua," jelas Cobaz.

Persoalan lain, misalnya sedang menghadapi karyawan yang tak becus dalam menyelesaikan tugasnya.

"Kadang-kadang orang bilang kita harus jadi leader yang baik, jangan kayak bos, saya nggak setuju. Kita harus menempatkan diri kapan menjadi leader yang baik, dan kapan menjadi bos. Jadi kalau karyawannya nakal, ya Anda harus jadi bos. Dalam artian kalau karyawan itu tak bisa bekerja sesuai jadwal atau permintaan, ya ganti orang yang capable, itu namanya bos. Jadi kita punya hak veto untuk memutuskan tanpa karyawan ikut campur," imbuh Cobaz.

Namun, penting juga untuk menjadi pebisnis yang bisa dekat dengan karyawannya.

"Terkadang kita juga harus jadi leader. Kalau karyawan lagi lembur, kita harus menghampiri dia, kita terlibat langsung, mengambil hati mereka, menyentuh mereka. Jadi harus berapa kali kita pendekatan. Tapi kalau nggak bisa masuk, diperbaiki juga nggak bisa, ya kita harus jadi bos. Anda pecat, ganti yang baru, itu nggak ada cara lain. Kalau Anda maunya hanya jadi leader, mengikuti mereka, nggak bisa. Kapan harus jadi bos, kapan jadi leader," terangnya.

Tips terakhir ialah menjadi pebisnis yang bisa memutar keuangan, tanpa tenggelam dalam hawa nafsu untuk membeli barang konsumtif. Menurutnya, pebisnis harus mampu mengelola keuangannya, terutama untuk menjadikannya sebagai modal berinovasi.

"Kalau kita baru sukses, ya jangan foya-foya. Contoh, ada yang baru sukses jadi sales, dapat uang, sudah beli iPhone, kan sayang. Jadi harus sesuai dengan kemampuan. Kalau besok sudah sukses banget, ya mau beli apa pun silakan. Tapi kalau masih awal, mendingan uangnya diputar untuk usaha lagi. Jangan beli barang-barang konsumtif," tandas Cobaz.

(ara/ara)

Hide Ads