Nasib Perajin Cangkul di Tengah Pandemi: Hidup Segan Mati Tak Mau

Nasib Perajin Cangkul di Tengah Pandemi: Hidup Segan Mati Tak Mau

Achmad Syauqi - detikFinance
Kamis, 15 Okt 2020 13:23 WIB
Perajin cangkul di Klaten terimbas pandemi COVID-19
Foto: Achmad Syauqi/detikcom: Perajin cangkul di Klaten terimbas pandemi COVID-19

Senada, perajin lainnya bernama Joko Jarotmengatakan permintaan cangkul turun drastis tetapi usahanya belum tutup. Masih diharapkan ada perbaikan kondisi.

" Tidak tutup, tetap kerja dan buat cangkul. Kita berharap kondisi segera membaik dan barang segera bisa dibeli petani lagi," kata Joko pada detikcom di rumahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Joko, selama pandemi COVID-19 berbagai upaya dilakukan agar tidak tutup. Masing-masing perajin punya trik berbeda-beda.

Joko mencotonhkan memasarkan produk cangkul hasil racikannya ke daerah Brebes dan perbatasan Jawa Barat.

ADVERTISEMENT
Perajin cangkul di Klaten terimbas pandemi COVID-19Perajin cangkul di Klaten terimbas pandemi COVID-19 Foto: Achmad Syauqi/detikcom: Perajin cangkul di Klaten terimbas pandemi COVID-19

Perajin lain, Eko mengatakan yang memberatkan perajin harga bahan baku tidak pernah turun. Harga plat baja per kilogram Rp 12.000-Rp 12.500.

" Harga bahan di kisaran Rp 12.000 per kilogram tidak turun, padahal harga jual cangkul rata - rata Rp 50.000 per buah. Saya sendiri tidak menutup usaha, pokoknya bisa beli bahan ya kerja sambil nunggu kondisi membaik," kata Eko pada detikcom di rumahnya.

Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Pemkab Klaten Bambang Sigit Sinugroho mengatakan yang dirasakan UKM di Klaten semua sama. COVID-19 menurunkan daya beli masyarakat.

" Daya beli masyarakat turun, ini masalah utamanya. Masyarakat memilih bertahan tidak membeli barang dan penghasilan sekadar untuk makan sehingga akibatnya produksi UKM tak terserap," jelas Bambang Sigit pada detikcom di kantornya.


(hns/hns)

Hide Ads