3 Jurus Pengusaha Mal Keluar dari Cengkraman COVID

3 Jurus Pengusaha Mal Keluar dari Cengkraman COVID

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 16 Okt 2020 16:05 WIB
Poster
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Asosiasi Pengusaha Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) mengungkapkan ada beberapa strategi yang bisa menyelamatkan pengusaha mal keluar dari cengkraman atau dampak pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung sejak Maret 2020.

Wakil Ketua Umum DPP APPBI, Alphonzus Widjaja mengatakan waktu pemulihan bisnis pusat perbelanjaan baru terjadi setelah vaksinasi virus COVID-19 dilaksanakan. Perkiraannya baru terjadi pada kuartal III-2021.

"Baru bisa beralih menuju normal ketika vaksinasi dilaksanakan, kalau belum asosiasi proyeksi belum normal. Kuartal I produksi vaksin, kuartal II pelaksanaannya, karena pelaksanaanya juga tidak ringan sehingga diperkirakan butuh waktu juga. Baru di kuartal III atau semester II-2021 nanti baru pulih," katanya dalam webinar MarkPlus, Jumat (16/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelum menuju waktu normal, Alphonzus mengatakan pengusaha mal perlu menyiapkan beberapa strategi. Pertama, mengubah konsep pusat perbelanjaan itu sebagai hub. Dia menjelaskan, hub di sini adalah tidak lagi mengutamakan belanja menjadi kegiatan utama di dalam pusat perbelanjaan.

"Banyak mal yang sukses memposisikan dirinya shopping plus sesuatu. Kalau yang ekstrim misalnya Singapura, Hong Kong, Tokyo, ada tambahannya lagi hub koneksi, apartment, office, MRT Station. Jadi dari mal ke MRT otomatis di lewati, sebaliknya, mau ke office dan apartemen lewat mal, jadi fungsi mall nya bertambah," katanya.

ADVERTISEMENT

Kedua, mengedepankan sektor kesehatan. Alphonzus menjelaskan setiap tenan maupun pengelola pusat perbelanjaan harus memberikan jaminan kesehatan bagi para pengunjungnya.

"Bukan dari sisi gedungnya saja yah, tapi protokol kesehatan, dari sisi makanan, produknya akan semua didominasi ke health. Jadi teman-teman ritel membuat produk harus ada unsur healthy. Lalu dari konsep gedung akan mengarah ke green dan alami," jelasnya.

Mengubah konsep penataan bangunan menjadi semi terbuka juga bisa jadi pilihan strategi Ketiga yang bisa ditempuh pelaku usaha. Keunggulan pusat perbelanjaan dengan konsep ini adalah memberikan rasa aman bagi pengunjung karena antara satu kios dengan kios lainnya tidak tampak berdekatan.

Selain itu, kesan lapang dan hijau pada pusat perbelanjaan semi terbuka juga memberikan suasana yang lebih segar.

"Bahwa sekarang ini konsep outdoor atau semi stand alone itu akan diserbu, beberapa anggota kami itu traffic-nya tidak turun bahkan lebih tinggi, karena konsep green seakan-akan lebih aman untuk berbelanja, itu traffic-nya bisa dibuktikan. Inilah kurang lebih elemen yang akan menguasai pusat," tambahnya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Mengenai inovasi online, Alphonzus justru tidak menyarankan pengelola pusat perbelanjaan atau mal untuk ikut-ikutan memindahkan produknya ke online. Menurut dia, DNA pusat perbelanjaan adalah offline atau interaksi langsung antara pembeli dengan penjual.

"Apakah harus ikut online, ini selalu menjadi masalah, jadi banyak mal yang galau sehingga ikut masuk ke online, menurut saya jangan seperti itu, harusnya berdamai dengan online, jadi bukan ikut-ikutan, karena DNA shopping mal itu offline, kalau masuk ke online pun akan kalah," jelasnya.

Oleh karena itu, dirinya mengungkapkan para pengelola pusat perbelanjaan atau mal lebih mengutamakan pengubahan konsep yang benar-benar membuat masyarakat bisa kembali datang dan berbelanja di mal.

"Menurut saya kalau tadi shopping fungsinya masih ada ditambah ada satu lagi, maka fungsi shoppingnya menjadi kedua. Jadi harus memberikan fungsi yang utama baru ditambah dengan fungsi shoppingnya. Jadi pusat perbelanjaannya DNA offline jadi harus memberikan fungsi lainnya," ungkap dia.


Hide Ads