Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga awal bertolak ke Indonesia untuk bertemu Presiden Joko Widodo. Pertemuan ini dinilai bisa mempererat kerja sama antar kedua negara.
Kedatangan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga ke Indonesia dinilai bukan sekedar kunjungan kenegaraan biasa. Kunjungan ini memberi sinyal kepada pemerintah, agar tidak melupakan peran strategis Jepang membangun harmoni geopolitik dan ekonomi dunia bersama negara para mitra.
"Saya menilai, kunjungan PM Suga memiliki pesan kuat dan strategis dari Jepang kepada mitranya di ASEAN, termasuk Indonesia. PM Jepang ingin menegaskan, kemitraan selama ini telah membawa dampak positif bagi ekonomi ASEAN dan tidak ingin apa yang telah dibangun bersama selama ini menjadi sia-sia. Di bawah pemerintahan siapapun, Jepang selalu berkeinginan merajut hubungan yang hangat. Komitmen selalu hadir sebagai mitra terkuat ASEAN, khususnya Indonesia untuk kepentingan stabilitas politik dan ekonomi, baik dalam kancah regional maupun global," tegas Wakil Ketua DPR Koordinator Inbang Rachmat Gobel, seusai menghadiri jamuan Perdana Menteri Yoshihide Suga dan alumni Jepang dari Indonesia, kemarin, di Jakarta dalam keterangan resminya Kamis (22/10/2020.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasca kunjungan PM Suga, Rachmat berharap, komitmen kerjasama Indonesia-Jepang di berbagai sektor akan semakin besar. Ia optimistis, ketika melihat data pertumbuhan perdagangan dan investasi Jepang ke Indonesia yang dilansir Jetro menunjukkan pertumbuhan kinerja ekonomi Indonesia ke Jepang meningkat secara signifikan. Total investasi perusahaan Jepang sepuluh tahun terakhir hingga 2018 tercatat US$ 31 miliar, yang ditanamkan di sektor industri, infrastruktur, dan jasa.
Sementara kontribusi ekspor perusahaan Jepang terhadap total ekspor Indonesia ke pasar dunia mencapai 24,4%. Menyerap sebanyak 7,2 juta pekerja dan hampir 90% perusahaan Jepang di Indonesia memberikan pelatihan kepada lebih dari 50.000 pekerja dan profesional. Sementara di bidang infrastruktur salah satunya adalah membangun pembangkit listrik berkapasitas 17 GW.
Di bidang peningkatan sumber daya manusia, hasil survey yang dilakukan setiap tahun oleh Japan Student Services Organization/JASSO menunjukkan jumlah siswa Indonesia yang belajar di Jepang meningkat dua kali lipat dalam lima tahun terakhir hingga mencapai 6.277 orang pada tahun 2018, meskipun secara rasio masih di bawah Vietnam. Vietnam yang telah mengirimkan 72.345 orang siswanya pada tahun 2018, padahal total populasi Vietnam hanya 96 juta jiwa.
Rachmat melanjutkan, kunjungan PM Suga ke Indonesia juga membuka peluang besar kepada pelaku ekonomi nasional di sektor keuangan, perdagangan, industri manufaktur, serta infrastruktur, untuk melakukan perluasan kerja sama yang sudah berjalan maupun kerjasama baru, dengan pebisnis Jepang yang ikut dalam rombongan Suga.
"Kunjungan PM menyaksikan langsung perkembangan dan hasil kerja sama Indonesia-Jepang dalam berbagai sektor, termasuk progres proyek infrastruktur yang dibiayai Jepang, harus dimanfaatkan untuk menggali berbagai peluang baru. Semoga kunjungan ini mengkalibrasi hubungan dari hati ke hati sesuai dengan Doktrin Fukuda, menjadi lebih kuat lagi," katanya.
(hek/zlf)