Menurutnya dalam menjalankan dan membina petani ini memang membutuhkan proses, apalagi ada 609 petani yang bergabung dan tidak semua bisa diajak maju bersama-sama. Karena itu koperasi harus punya daya lenting yang kuat dan harus disusun bersama-sama. Serta memiliki sistem traditional culture untuk menguatkan di segala kondisi.
Kemudian terakhir jangan pernah menyerah walaupun banyak tantangan dan kendala. Selalu ingat ada mimpi yang harus diwujudkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program Desa Devisa ini juga berhasil mendapatkan penghargaan Global CSR Award untuk kategori "Empowerment of Women". Hal ini karena LPEI sebagai pendamping memiliki komitmen tinggi untuk menjalankan prinsip keberlanjutan usaha dan menerapkan tanggung jawab sosial yang berdampak nyata.
Hal ini karena koperasi memberdayakan 5 perempuan untuk memberikan pelatihan ke perempuan lain untuk bisa bekerja dan dilakukan secara berkesinambungan.
Corporate Secretary LPEI, Agus Windiarto mengungkapkan selama pandemi COVID-19, LPEI melalui program Jasa Konsultasi yang dimiliki tetap secara aktif melakukan pendampingan secara intensif terhadap dua Desa Devisa binaan LPEI.
Saat pandemi ini, banyak pesanan ekspor mereka terpaksa tertunda. Selain akibat sepinya pesanan, kendala administrasi, maupun pemeriksaan yang lebih ketat di negara tujuan karena sejumlah negara menerapkan kebijakan lock down. Dengan demikian kegiatan pendampingan itu menjadi krusial guna menemukan solusi bagi mereka.
"Dalam hal ini, LPEI memahami kesulitan KSS dalam menjalankan ekspor saat pandemi ini. Setelah berkordinasi dengan Bea Cukai Denpasar, akhirnya masalah itu dapat diatasi, bahkan akhirnya dapat melakukan ekspor secara mandiri," ujar Agus.
Selain itu LPEI juga melakukan pendampingan 2 Desa Devisa yang berada di Bali dan Yogyakarta dilakukan secara periodik. "Diadakan secara daring untuk mencari solusi terhadap apapun kendala yang mereka hadapi," ucap Agus.
(kil/ara)