Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Cirata, Jawa Barat dengan kapasitas 145 MW akan memasuki proses peletakan batu pertama atau groundbreaking bulan depan, atau tepatnya 17 Desember 2020.
Proyek tersebut merupakan kerja sama PT PLN (Persero) dan konsorsium PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJBI) dengan perusahaan Uni Emirat Arab (UEA) Masdar Clean Energy.
"Bulan Desember tanggal 17 nanti akan menyelenggarakan atau membuat pesta groundbreaking proyek solar cell di Danau Cirata, Jawa Barat. Walaupun kecil, sekitar 145 megawatt, tapi mendunia," ungkap Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Uni Emirat Arab Husin Bagis dalam Blak-blakan detikcom, Senin (26/10/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proyek ini merupakan hasil kesepakatan dari kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke UEA dan bertemu Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed Bin Zayed Al Nahyan pada Januari 2020 lalu.
"Karena tenaga surya, jarang bisa sebesar itu tenaga surya. Kita mau buat di Danau Cirata. Sekarang sudah selesai prosesnya, kita mau bangun di Danau Cirata. Ini pull up yang kemarin," jelas Husin.
Melalui kerja sama ini, UEA mengucurkan dana sebesar US$ 129 juta atau berkisar Rp 1,8 triliun (kurs Rp 14.000). PLTS ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara setelah PLTS atau Cadiz Solar Power Plant di Filipina dengan kapasitas sebesar 132,5 MW.
Berdasarkan catatan detikcom, melalui investasi ini, PLN akan memegang kepemilikan sebesar 51%, dan sisa 49% lainnya dipegang oleh Masdar. Rencananya, harga listrik yang dijual dari PLTS Cirata sebesar US$ 5,8 sen/kwh.
Pengembangan pembangkit ini sejalan dengan rencana PLN untuk mendukung Perjanjian Internasional dalam menurunkan emisi karbon sebesar 29% di Tahun 2030 yang ditandatangani oleh Pemerintah Indonesia dalam Paris Agreement Tahun 2015.
Diharapkan proyek ini dapat menjadi pioneer pengembangan PLTS Terapung yang dapat dikembangkan di waduk lain di wilayah Indonesia.