Hotel Laris Manis saat Cuti Bersama, Jumlah Pekerja Bertambah

Hotel Laris Manis saat Cuti Bersama, Jumlah Pekerja Bertambah

Soraya Novika - detikFinance
Jumat, 30 Okt 2020 06:30 WIB
Ilustrasi hotel bintang lima
Foto: iStock
Jakarta -

Libur cuti bersama kali ini mendorong orang-orang bergerak ke darerah-daerah. Hal itu menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku hotel dan restoran, terutama buat di daerah-daerah yang biasanya jadi tempat tujuan wisata.

Menurut Wakil Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) sekaligus Founder De Solo Boutique Hotel and Restaurant, Sudrajat untuk daerah-daerah wisata itu peningkatan okupansi bisa lebih dari 50%.

"Pasti ada peningkatan lah hotel dan restoran dengan liburan ini, tergantung daerahnya, kalau misalkan daerah-daerah yang dituju tetap (daerah wisata) misal ke Bandung, mungkin peningkatannya bisa tinggi banget bisa di atas 50% karena orang membludak dari Jakarta," ujar Sudrajat kepada detikcom, Kamis (29/10/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Apalagi puncak, di mana-mana sudah padat, tapi kan ya cuma dua tiga hari itu aja," sambungnya.

Namun, tetap saja tidak akan sepadat seperti sebelum pandemi. Meski begitu momen ini disambut positif bagi para pelaku hotel dan restoran, sebab menjadi harapan yang mampu menutupi kerugian yang selama ini diderita. "Seantre-antrenya tidak seperti dulu-dulu lah, tapi ada peningkatan dan ini lumayan buat kita," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Hal serupa disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DKI Jakarta Krishandi.

"Kalau untuk Jakarta mungkin pengaruhnya tidak sebesar di luar Jakarta, ada juga sih yang ngungsi ke hotel (Jakarta) terutama ke hotel yang nempel dengan mal, tapi lebih terasa kepada hotel yang di luar Jakarta seperti di Bogor, Puncak, Bandung," katanya.

Untuk di Jakarta saja, ia meyakini okupansi ke hotel dan restoran selama cuti bersama ini bisa naik 30-40% apalagi di luar Jakarta.

"Pada waktu bulan Juli-Agustus pada saat dibuka masa transisi seperti sekarang ini, beberapa hotel besar yang nempel dengan mal itu sempat 30-40% tapi begitu PSBB lagi anjlok lagi, sekarang kalau bisa kembali kira-kira di angka segituan ya," imbuhnya.

Hal itu pada akhirnya menguntungkan bagi para pekerja di industri tersebut. Menurut Krishandi untuk mengantisipasi lonjakan kunjungan biasanya para pelaku hotel dan restoran telah menambah jumlah karyawan.

"Walaupun selama pandemi ini ada pengurangan pegawai sampai 50%, tapi kalau dalam kondisi seperti ini ada DW (daily worker) yang sementara aja direkrut buat seminggu gitu," ungkapnya.

Untuk mendapatkan karyawan tambahan tadi di masa pandemi seperti sekarang ini, sambung Krishandi bukanlah perkara yang sulit sebab karyawan tambahan tersebut kebanyakan merupakan mantan karyawan hotel atau restoran.

"Gampang kok dapatnya karena kan bagi mereka yang putus kerja tidak semudah itu mencari peluang baru," paparnya.

Sedikit berbeda dari Krishandi, Sudrajat punya pandangan berbeda. Beberapa hotel dan restoran lainnya paling hanya memaksimalkan karyawan yang ada dan secara ketat menerapkan protokol kesehatan.

"Beberapa restoran yang sudah paham protokol, pengunjung yang kebanyakan diminta tunggu dulu, tapi kadang ada customer yang maksa, satu dua pasti ada yang melanggar, tapi mudah-mudahan menyesuaikan protokolnya," kata Sudrajat.

Untuk menambah karyawan di tengah pandemi ini buat beberapa pengusaha hotel dan restoran bisa menjadi beban berat tersendiri, sehingga ada saja pengusaha yang memilih tidak buka sama sekali sampai kondisi benar-benar kembali normal seperti sebelum pandemi.

"Meskipun liburan begini banyak juga hotel restoran yang milih tetap tutup karena kan kalau buka harus rekrut karyawan lagi terus gaji karyawan juga kalau cuma 3 hari kan juga susah," paparnya.

(fdl/fdl)

Hide Ads