Bisnis Ikan Cupang Menjanjikan, Langgeng Nggak Ya?

Bisnis Ikan Cupang Menjanjikan, Langgeng Nggak Ya?

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 02 Nov 2020 07:15 WIB
Pengunjung mengamati ikan cupang yang dipajang di Bazar ikan Cupang di Kawasan Pasar Gembrong Baru, Jakarta, Jumat (30/10). Bazar ikan cupang ini digelar mulai hari ini hingga 30 November 2020.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Ikan cupang tengah naik daun saat ini. Banyak orang memelihara ikan ini, bahkan kalangan artis dan publik figur.

Menariknya lagi, ada orang yang rela membeli ikan mungil ini hingga Rp 20 juta per ekor. Tentu, ikan dengan harga selangit ini ada kriterianya, tidak sembarang ikan.

Populernya ikan dengan nama latin Betta sp ini pun mendatangkan pundi-pundi bagi orang yang terjun dalam dunia percupangan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Septian Dwi Suryana misalnya, salah seorang pegiat serta breeder (peternak) ikan cupang. Ia mengaku, omzet rata-rata per bulannya tembus Rp 300 juta.

"Omzet bisa sampai Rp 300 juta sebulan," katanya kepada detikcom Rabu (28/10/2020).

ADVERTISEMENT

Pria yang akrab disapa Tian ini mengaku dirinya sering kewalahan belakangan ini lantaran banyak permintaan cupang. Sementar jika ikan dijual saat masih kecil berpotensi mengurangi keuntungannya.

"Kalau kita jual kecil rugi. Kalau kita tahan 2-3 minggu misal kecil Rp 200 ribu, kita tahan 2-3 minggu Rp 750 ribu-Rp 1 juta," ujarnya.

Ikan yang Tian jual saat ini rata-rata kelas premium. Menurut Tian, omzet Rp 300 juta itu setara dengan penjualan 250 hingga 300 ikan cupang.

"Kalau saya kebenaran untuk beberapa bulan ini masih premium aja. Jadi kisaran ikannya 250-300-an itu untuk retail sih karena ekspor belum mulai lagi," ujarnya.

Tak hanya sebagai peternak, perantara jasa lelang juga mendapat untung dari hebohnya ikan cupang ini. Erik Ermawan misalnya, lewat jasa lelang ikan cupang bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta per bulan.

"Kalau omzet bulan kemarin dari jasa lelang, kan ada jasa lelang dan ikan sendiri itu kemarin kurang lebih Rp 25-30 juta," katanya.

Erik mengaku mengelola tiga akun Instagram untuk lelang di mana setiap akun punya tarif berbeda-beda untuk biaya admin atau penyelenggara.

"Untuk di saya Rp 12 ribu satu video kebetulan saya ada 3 akun, dia akun utama Rp 12 ribu, di akun kedua Rp 20 ribu 3 video, dan akun ketiga Rp 10 ribu 3 video tergantung follower-nya," katanya.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Pakar pemasaran Yuswohady menilai, hebohnya ikan cupang sendiri tak lepas dari pandemi Corona yang memaksa orang banyak menghabiskan waktu di rumah. Menurutnya, kondisi itu membuat orang bosan bahkan hingga stres.

"Ini kan menjadi heboh karena stay at home, karena pandemi orang itu memang nggak cuma ikan hias jadi di seluruh dunia surveinya pet, binatang piaraan selama pandemi meningkat, penjualan pet meningkat, binatang piaraan meningkat, karena di masa pandemi itu orang pertama boring, terus stres, bahkan ada yang depresi," paparnya kepada detikcom.

Menurutnya, ikan cupang semakin populer karena keberadaan influencer hingga para artis yang turut memelihara, sehingga tercipta hubungan saling menguntungkan antara influencer dengan produsen atau pebisnis.

Dari sisi influencer, mereka diuntungkan dengan semakin banyaknya pengikut atau followers. Di sisi lain, pebisnis ikan cupang juga diuntungkan karena semakin banyaknya peminat.

"Jadi saling menguntungkan si artis tambah terkenal dengan memelihara ikan cupang, di satu sisi memelihara itu follower-nya, nonton IG-nya, semua yang lain ikut-ikutan jadi sesuatu yang masif," jelasnya.

Namun begitu, dia menilai, hebohnya ikan cupang tidak bertahan lama alias musiman. Tidak tahan lama di sini artinya jangka pendek, bisa 6 bulan, setahun ataupun dua tahun. Setelah heboh, maka tren ikan cupang akan kembali sedia kala.

Dia menjelaskan, sifat natural tren yang cepat 'meledak' maka akan cepat surut. Sebab, begitu tren meledak maka informasi mengenai sesuatu juga banyak sehingga rasa penasaran orang akan terpenuhi.

"Semakin medianya semakin masif, makin besar itu proses hebohnya, makin sebentar, malah nggak ada sosmed nggak heboh banget, tapi lama. Karena begitu orang tahu, rasa tahunya terpenuhi, nggak pensaran kemudian terjadi biasa," ungkapnya.

Namun, ia menilai, di tengah ramainya tren cupang ini menjadi peluang untuk bisnis. Dengan catatan, kemudian masuk ke bisnis lain yang heboh.

"Right in the way justru pada masa-masa kaya begini jadi bisnis, nggak sustain tapi bagus untuk survival di masa pandemi. Jadi sekarang banyak temen-temen kena lay off salah satu menjadi alternatif bagus adalah bisnis di bidang-bidang yang heboh di masa pandemi," ujarnya.


Hide Ads