Pengangguran RI Nyaris 10 Juta Orang, Terbanyak di Jakarta

Pengangguran RI Nyaris 10 Juta Orang, Terbanyak di Jakarta

Hendra Kusuma - detikFinance
Jumat, 06 Nov 2020 06:15 WIB
Pandemi COVID-19 berdampak pada perekonomian Indonesia. Badan Pusat Statistik pun catat angka kemiskinan per Maret 2020 alami kenaikan menjadi 26,42 juta orang.
Ilustrasi/Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Pandemi Corona yang terjadi di Indonesia sejak Maret telah membuat jumlah pengangguran terbuka tanah air meningkat drastis. Pada Agustus 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran terbuka tembus menjadi 9,77 juta orang.

Jika dilihat, jumlah pengangguran nasional naik 2,67 juta orang dari posisi Agustus 2019. Dengan angka tersebut, maka tingkat pengangguran terbuka sebesar 7,07% atau meningkat dari sebelumnya 5,23%.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, peningkatan jumlah pengangguran dikarenakan banyak masyarakat Indonesia yang terdampak COVID-19. Mulai dari yang dirumahkan, pengurangan jam kerja, hingga benar-benar tidak lagi bekerja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena COVID, pengangguran meningkat 2,67 juta orang sehingga jumlah pengangguran 9,77 juta orang," kata Suhariyanto dalam video conference, Kamis (5/11/2020).

Dia mengungkapkan, jumlah penduduk usia kerja Indonesia adalah 203,97 juta orang atau meningkat 2,78 juta orang. Dari angka tersebut, 138,22 juta orang merupakan angkatan kerja dan yang bukan angkatan kerja ada 65,75 juta orang atau naik 0,42 juta orang.

ADVERTISEMENT

Dari jumlah angkatan kerja yang sebanyak 138,22 juta orang, pengangguran tercatat sebanyak 9,77 juta orang, sementara yang bekerja sebanyak 128,45 juta orang atau turun 0,31 juta orang.

Jika dirinci lebih dalam, dari jumlah orang yang bekerja, sebanyak 82,02 juta orang merupakan pekerja penuh. Angka ini turun 9,46 juta orang. Lalu pekerja paruh waktu berjumlah 33,34 juta orang atau naik 4,32 juta orang. Sedangkan setengah penganggur berjumlah 13,09 juta orang atau naik 4,83 juta orang.

Khusus jumlah pekerja yang terdampak COVID-19, Suhariyanto mengatakan totalnya sebanyak 29,12 juta orang. Rinciannya 2,56 juta orang merupakan pengangguran karena COVID-19, 0,76 juta orang bukan angkatan kerja karena COVID-19, 1,77 juta orang sementara tidak bekerja karena COVID-19, dan 24,03 juta orang merupakan bekerja dengan pengurangan jam kerja atau shorter hours karena COVID-19.

Dari jumlah pengangguran ini, paling banyak berasal dari lulusan atau tamatan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Dilihat secara rinci, TPT dari lulusan SMK sebesar 13,55%, sementara yang paling rendah merupakan lulusan sekolah dasar (SD) yaitu 3,61%. Sedangkan sisanya seperti sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 6,46%, sekolah menengah atas (SMA) sebesar 9,86%. Lalu untuk lulusan diploma I-III sebesar 8,08% dan untuk lulusan universitas atau strata 1 sebesar 7,35%.

Jika dilihat dari menurut tempat tinggal, pengangguran terbuka di perkotaan meningkat 8,98% dan perdesaan naik 4,71%. Sedangkan menurut jenis kelamin, TPT laki-laki sebesar 7,46% atau lebih tinggi dibandingkan TPT perempuan yang sebesar 6,46%. Dibandingkan Agustus 2019, TPT laki-laki naik 2,13% dan perempuan naik sebesar 1,24%.

Selanjutnya pengangguran terbuka jika dilihat menurut kelompok umur, pria yang akrab disapa Kecuk ini mengatakan penduduk kelompok usia muda dari 12-24 tahun merupakan yang paling tinggi yaitu mencapai 20,46%. Sementara kelompok usia tua yaitu 60 tahun ke atas merupakan yang paling rendah yaitu 1,70%. Sementara TPT kelompok usia 25-59 tahun meningkat 5,04%.

BPS mencatat TPT menurut provinsi paling banyak di DKI Jakarta. Daerah yang dipimpin Anies Baswedan ini tingkat penganggurannya mencapai 10,95% pada Agustus 2020 atau di atas rata-rata nasional yang di level 7,07%.

Selain DKI Jakarta, BPS juga mencatat lima provinsi lainnya yang tingkap pengangguran terbukanya melewati rata-rata nasional. Yaitu, Banten, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Maluku, dan Sulawesi Utara.

Tingkat pengangguran di Banten menjadi tertinggi kedua dengan 10,64%, disusul oleh Jawa Barat sebesar 10,46%, lalu Kepulauan Riau sebesar 10,34% lalu Maluku sebesar 7,57%, dan Sulawesi Utara sebesar 7,37%.

"Kita sadar bahwa dampak COVID menghantam keras sektor pariwisata dan di bali peran pariwisata besar, juga DKI, Banten, Jawa Barat, Kepulauan Riau naik tingkat penganggurannya," ujar dia.

Sementara provinsi yang TPT paling rendah, dikatakan Suhariyanto adalah Sulawesi Barat yaitu sebesar 3,32%.


Hide Ads