Dengan situasi itu, ia menilai, komitmen relokasi perusahaan di China akan tetap berjalan. Meski demikian, ada potensi investasi-investasi AS kembali ke Negeri Paman Sam.
"Yang mau reloksi saya kira berlanjut, tapi yang akan comeback ke AS juga banyak. Menurut saya situasinya seperti itu karena kebijakannya (Trump) nggak dicabut, kecuali dicabut," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kemenangan Biden akan mengurangi kekhawatiran global akan penurunan ekonomi akibat perang dagang. Sebab, ia menilai, Biden akan melakukan negosiasi terkait perang dagang ini.
Soal relokasi pabrik China, ia menilai, terlepas dari perang dagang, pandemi COVID-19 telah memberikan pelajaran banyak negara jika ketergantungan pada satu rantai pasok sangat berisiko. Hal itu berkaca dari China di mana saat pandemi melanda banyak negara kena dampak karena banyaknya pabrik tidak beraktivitas di sana.
"Dengan adanya pandemi kemarin itu mengubah pola pikir bagi para pelaku usaha mulai melakukan diversifikasi rantai pasok, artinya tidak semua di China dipecah lagi," ujarnya,
Dengan kata lain, lanjutnya, kemenangan Biden tidak akan menghentikan rencana pengusaha untuk merelokasi pabrik-pabriknya.
"Dengan kemenangan Biden meskipun perang dagang akan berakhir itu tidak akan menyurutkan atau memberhentikan proses relokasi karena alasan itu tadi pelajaran COVID-19 yang mengharuskan pelaku usaha untuk mendiversikasi pabrik tidak tergantung di satu negara di China saja," paparnya.
(acd/ang)