Kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) diprediksi tidak akan menjadi perhatian presiden terpilih Joe Biden. Dengan segala amunisi Federal Reserve yang dikerahkan untuk menghadapi resesi, belanja lebih mendesak untuk menjadi fokus pemerintahan selanjutnya.
Mengutip Reuters, Selasa (10/11/2020), selama tahun pertamanya Biden harus memutuskan seberapa dalam perhatian yang perlu dia berikan pada The Federal Reserve atau Bank Sentral AS (The Fed). Terutama, soal dorongan Gubernur The Fed Jerome Powell tahun ini untuk fokus kembali pada pertumbuhan tingkat pekerjaan mendapat kredibilitas yang cukup di kalangan Partai Demokrat.
Beberapa hal yang kemungkinan dipertimbangkan di pemerintahan presiden terpilih asal Partai Demokrat itu adalah perubahan yang lebih luas di The Fed. Hal ini mengingat program partai termasuk reformasi untuk membuat The Fed lebih memperhatikan masalah-masalah seperti ketidaksetaraan rasial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penentangan terhadap Powell mungkin juga muncul dari mereka yang menginginkan regulasi keuangan yang lebih ketat. Senator Demokrat AS Elizabeth Warren, yang sekarang menjadi suara kunci dalam masalah regulasi keuangan, menentang pencalonannya pada 2018.
Vincent Reinhart, mantan pejabat The Fed yang kini menjadi kepala ekonom Mellon mengatakan, Biden mungkin ingin memberi cap sendiri di bank sentral ketika masa jabatan Powell sebagai bos The Fed berakhir pada Februari 2022.
Beberapa tokoh disebut-sebut memiliki kemungkinan untuk menggantikan Powell. Mereka adalah Lael Brainard yang juga disebut-sebut sebagai calon Menteri Keuangan AS.
Lalu, Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, orang kulit hitam pertama yang menjalankan salah satu cabang regional Fed. Raphael memiliki pengaruh di dalam sistem Fed mengenai masalah keadilan ekonomi, dan selama periode Joe Biden menjabat wakil presiden, dia adalah asisten sekretaris di Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan.