Jakarta -
Beberapa hari lalu, Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengungkapkan alasan Rizal Ramli (RR) tidak berhasil menjadi menteri keuangan pada periode pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada saat itu, Rizal Ramli diisukan akan menjadi menteri keuangan. Namun, Rizal menilai sering dijegal oleh JK.
JK pun membela diri dalam wawancara di YouTube tersebut. Ia mengatakan alasan sebenarnya karena ada 11 pejabat eselon I Kementerian Keuangan termasuk Darmin Nasution yang menolak RR. Mereka mengancam akan meninggalkan jabatannya bila RR menjabat.
Pernyataan JK itu berbuntut panjang, hingga berujung pada aksi saling bela dari kubu RR dan Jubir JK. Berikut 3 Pembelaan masing-masing pihak terkait perkara tersebut:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Pembelaan Kubu RR
Mantan staf ahli Kemenko Maritim saat dipimpin Rizal Ramli, Bambang Susanto membela RR. Menurut Bambang sangat tidak masuk akal bila ada pejabat eselon I berani mempertaruhkan jabatan hanya karena tidak suka dengan figur menteri yang akan memimpinnya. Terlebih lagi eselon satu adalah puncak karir pegawai negeri sipil (PNS) dengan gaji yang cukup besar dengan berbagai fasilitas memadai.
"Pejabat eselon 1 itu puncak karir PNS dengan gaji yang cukup besar dan berbagai fasilitas yang memadai. Jadi, saya pikir tidak mungkin mereka mau mempertaruhkan jabatan hanya karena tidak suka dengan figur menteri yang akan memimpin mereka. Lagi pula pemilihan menteri kan bukan urusan eselon 1," ujar Bambang di keterangan tertulisnya yang diterima detikcom, Kamis (12/11/2020).
Bambang juga mengkritik pernyataan JK soal sikap Rizal Ramli yang dikesankan tak memahami persoalan dan kerap melontarkan kata-kata yang kasar kepada bawahannya.
"Selama saya pernah bekerja dengan Rizal Ramli, saya tak pernah dengar memaki bawahannya dengan sebutan kebun binatang. Kalau bicara tegas dan keras memang iya. Tapi, itu selalu ada kaitan dengan kerjaan, dan bukan berkata kasar," tuturnya.
2. Jabat Menkeu Era Gus Dur Cuma 2 Bulan
Bambang juga menyinggung soal masa jabatan Rizal Ramli sebagai Menteri Keuangan hanya dua bulan di era pemerintahan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Menurutnya, hal itu tak ada kaitannya dengan kinerja, tapi lebih kepada pemerintahan mantan Ketua Umum PBNU tersebut berakhir kurang dari lima tahun.
"Rizal Ramli ini sangat loyal terhadap Gus Dur. Setelah Gus Dur lengser, Rizal Ramli tak mau melanjutkan lagi sebagai Menkeu. Jadi, tak ada kaitannya dengan kinerja," sambungnya.
Bambang mengungkapkan sejumlah capaian Rizal Ramli di era Gus Dur. Menurutnya saat Rizal Ramli didapuk menjadi Menko Ekuin era Gus Dur, gaji PNS dan pensiunan TNI serta Polri naik hingga 125 persen, utang Indonesia berkurang US$ 3,5 miliar dolar AS selama 2000-2001.
Tidak cuma itu ekonomi tumbuh dari -5 persen ke 4 persen. Peringkat utang Indonesia pun naik menurut Standard & Poor's (S&P) Global Ratings dan Moody's. Jadi bagaimana tidak bisa memimpin, kinerjanya spektakuler gitu," bebernya.
Selain itu, lanjutnya, Rizal Ramli juga pernah menyelamatkan PLN dari kebangkrutan tanpa menyuntik uang tetapi melalui revaluasi aset, sehingga modal yang dari minus Rp 9 triliun melonjak menjadi surplus Rp 119,4 triliun.
Soal pernyataan JK bahwa jabatan Rizal Ramli sebagai Menko Maritim sangat singkat karena tidak bisa berkoordinasi atau bekerja sama dengan para menteri di bawahnya, Bambang mengatakan justru yang jarang menghadiri rapat kordinasi hanya Sudirman Said yang kala itu menjabat Menteri ESDM.
"Pertama yang harus diklarifikasi adalah masa jabatan RR sebagai Menko Mairitim kata Pak JK hanya 10 bulan. Nah, yang benar 11 bulan. Kedua, Pak JK bilang RR tak bisa berkoordinasi dengan kementerian di bawahnya. Faktanya, yang tidak hadir di rapat hanya Menteri Sudirman Said, konconya JK. Menteri Jonan, Susi dan Arief rajin ikut rapat dan koordinasi dengan RR," ucapnya.
3. Balasan Jubir JK
Pihak JK pun membalas kritikan itu dengan menyebut Bambang Susanto tidak tahu apa-apa soal peristiwa itu.
"Apa yang disampaikan Pak JK bukan kemungkinan tapi fakta yang terjadi tahun 2004. Jadi kalau Bambang Susanto mengatakan tidak mungkin Eselon 1 mau mempertaruhkan jabatannya, menolak seorang menteri, itu kemungkinan menurut versi Bambang Susanto yang tidak terlibat langsung dan tidak mengetahui peristiwa tersebut," kata Juru Bicara JK, Husain Abdullah kepada detikcom, Jumat (13/11/2020).
Husain mengatakan penolakan tersebut memang benar terjadi seperti yang disampaikan JK usai memenangkan Pikpres bersama SBY di tahun 2004. Testimoni JK yang beredar adalah adalah jawaban atas komentar Rizal Ramli yang diwawancara di acara di stasiun TV swasta.
"Jadi itu semacam hak jawab yang diberikan Karni Ilyas kepada Pak JK untung menanggapi tudingan Rizal Ramli yang merasa dijegal masuk kabinet SBY-JK tahun 2004-2009," terangnya.
"Padahal seperti penegasan Pak JK masih menjawab tudingan Rizal Ramli, nama Rizal Ramli memang tidak diperhitungkan masuk kabinet pada saat itu. Ya harusnya Rizal Ramli bisa introspeksi diri kenapa tidak diperhitungkan masuk kabinet saat itu. Bukan caricari kambing hitam dan menyalahkan pihak lain," imbuh dia.
Dia mengibaratkan tidak masuknya nama Rizal Ramli dalam susunan kabinet SBY-JK saat itu seperti seorang pelatih sepakbola yang menyusun tim inti sebelum pertandingan di mulai.
"Bahwa namanya tidak diperhitungkan, itu hal biasa. Ibarat pelatih sepakbola dalam menyusun tim untuk menjuarai sebuah turnamen tentu akan memilih pemain sesuai dengan pola permainan yang akan diterapkan. Pastinya pelatih akan banyak pertimbangan pertimbangan, baik teknik, skill individu dan kerjasama tim, karakter maupun stamina," sindir Husain.