Pandemi COVID-19 Bikin Utang Buat Modal Usaha Meningkat

Pandemi COVID-19 Bikin Utang Buat Modal Usaha Meningkat

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 16 Nov 2020 09:44 WIB
Prekonomian Indonesia dipastikan 99% masuk jurang resesi. Itu artinya pertumbuhan ekonomi nasional bakal minus lagi di kuartal III-2020.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Pandemi COVID-19 memberi dampak pada banyaknya lini bisnis yang tutup. Di sisi lain, ada kekhawatiran ekuitas atau modal swasta meningkat dan menimbulkan masalah.

Seperti dikutip dari CNN, Senin (16/11/2020), untuk meningkatkan keuntungan, perusahaan-perusahaan sering membuat kesepakatan utang dalam jumlah besar. Jika nilai perusahaan jatuh akibat penjualan lemah, maka pemilik modal swasta bisa mendapat masalah.

Menurut Ban & Company, lebih dari 75% transaksi ekuitas swasta tahun lalu meningkat pesat, yang berarti perusahaan mengambil utang setidaknya enam kali lipat dari pendapatan operasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa perusahaan yang didukung ekuitas swasta mengalami masalah serius dan harus mencari bantuan pemerintah. Namun berkat bantuan bank sentral yang belum pernah terjadi sebelumnya, pembiayaan utang tetap murah. Sekarang, penggalangan dana kembali naik daun.

"Ekuitas swasta benar-benar dibanjiri likuiditas," kata Viswas Raghavan, Kepala JPMorgan Chase untuk kawasan Eropa, Timur Tengah dan Afrika.

ADVERTISEMENT

Pada akhir tahun lalu, industri menyatakan uang yang harus diinvestasikan mencapai US$ 2,5 triliun menurut Bain. Manoj Mahenthiran, pemimpin ekuitas swasta AS di PwC, mengatakan uang yang ada tetap pada tingkat itu atau bahkan lebih tinggi.

Selama dekade terakhir, karena suku bunga tetap rendah, investor institusional seperti dana pensiun semakin beralih ke ekuitas swasta sebagai sumber pengembalian yang lebih tinggi. Dengan bank sentral berjanji untuk menjaga suku bunga mendekati titik terendah di masa mendatang.

Pertanyaan besarnya adalah di mana perusahaan-perusahaan ini bermaksud untuk memarkir semua uang mereka. Aset dengan pertumbuhan tinggi seperti perusahaan teknologi dan perawatan kesehatan tetap menjadi favorit ekuitas swasta. Tetapi banyak yang menjadi sangat mahal, sehingga lebih sulit untuk menemukan penawaran yang baik.

Mahenthiran mengatakan tidak ada bukti bahwa dana ekuitas swasta mengalir deras ke segmen ekonomi yang tertekan. Meski begitu, yang jelas adalah pandemi tidak mengganggu ekuitas swasta yang tumbuh.

"Ekonomi pasti cenderung ke arah kepemilikan ekuitas swasta," kata Mahenthiran.

Ludovic Phalippou, seorang profesor ekonomi keuangan di Universitas Oxford, mengatakan para akademisi masih menganalisis konsekuensi dari lebih banyak modal swasta dalam sistem tersebut.


Hide Ads