Pandemi COVID-19 memberi dampak pada banyaknya lini bisnis yang tutup. Di sisi lain, ada kekhawatiran ekuitas atau modal swasta meningkat dan menimbulkan masalah.
Seperti dikutip dari CNN, Senin (16/11/2020), untuk meningkatkan keuntungan, perusahaan-perusahaan sering membuat kesepakatan utang dalam jumlah besar. Jika nilai perusahaan jatuh akibat penjualan lemah, maka pemilik modal swasta bisa mendapat masalah.
Menurut Ban & Company, lebih dari 75% transaksi ekuitas swasta tahun lalu meningkat pesat, yang berarti perusahaan mengambil utang setidaknya enam kali lipat dari pendapatan operasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa perusahaan yang didukung ekuitas swasta mengalami masalah serius dan harus mencari bantuan pemerintah. Namun berkat bantuan bank sentral yang belum pernah terjadi sebelumnya, pembiayaan utang tetap murah. Sekarang, penggalangan dana kembali naik daun.
"Ekuitas swasta benar-benar dibanjiri likuiditas," kata Viswas Raghavan, Kepala JPMorgan Chase untuk kawasan Eropa, Timur Tengah dan Afrika.
Pada akhir tahun lalu, industri menyatakan uang yang harus diinvestasikan mencapai US$ 2,5 triliun menurut Bain. Manoj Mahenthiran, pemimpin ekuitas swasta AS di PwC, mengatakan uang yang ada tetap pada tingkat itu atau bahkan lebih tinggi.