Setianto menjelaskan, China masih menjadi pangsa pasar terbesar Indonesia juga terlihat karena terjadi peningkatan nilai ekspor sebesar US$ 234,7 juta atau setara Rp 3,3 triliun (kurs Rp 14.200) di Oktober 2020. Selanjutnya disusul oleh Vietnam yang meningkat US$ 96,1 juta.
Selain itu, ekspor Indonesia ke Filipina juga bertambah US$ 83,3 juta, ke Malaysia bertambah US$ 65,8 juta, dan terakhir ke Spanyol bertambah US$ 54,8 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara ekspor Indonesia yang mengalami penurunan terbesar adalah ke Swiss yaitu sebesar US$ 86,2 juta. Disusul oleh Singapura sebesar US$ 60,1 juta, dan negeri Paman Sam ada di posisi ketiga yaitu sebesar US$ 49,6 juta.
"Demikian juga ke Australia dan Kenya termasuk 5 besar tujuan ekspor kita yang turun," ungkap Setianto.
Perlu diketahui, total nilai ekspor Indonesia dari Januari-Oktober 2020 tercatat US$ 131,54 miliar atau turun 5,58% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebesar US$ 139,31 miliar. Sementara total nilai ekspor non migasnya US$ 125,0 miliar atau turun 3,62% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 129,69 miliar.
Adapun, share atau kontribusi ekspor non migas selama Januari-Oktober tahun ini masih dipegang oleh komoditas lemak dan minyak hewan/nabati dengan nilai US$ 15,75 miliar atau setara 12,60%. Kedua adalah ekspor bahan bakar mineral sebesar US$ 14,03 miliar atau setara 11,23%.
(hek/eds)