Barang Asal China Tetap Banjiri RI Meski Impor Ambles, Ini Datanya

Barang Asal China Tetap Banjiri RI Meski Impor Ambles, Ini Datanya

Hendra Kusuma - detikFinance
Selasa, 17 Nov 2020 07:00 WIB
Neraca perdagangan pada Oktober 2017 tercatat surplus US$ 900 juta, dengan raihan ekspor US$ 15,09 miliar dan impor US$ 14,19 miliar.
Ilustrasi/Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pasokan barang asal China tetap paling banyak meski impor Indonesia mengalami penurunan yang cukup dalam di Oktober 2020. Hal ini terlihat dari total share negeri Tirai Bambu yang menempati posisi pertama dengan persentase 28,83%.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia sebesar US$ 10,78 miliar atau turun 6,79% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 11,57 miliar. Jika dilihat secara tahunan, angka impor Indonesia di Oktober tahun ini terkontraksi 26,93% dibandingkan Oktober 2019 yang sebesar US$ 14,76 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto mengatakan Per Oktober 2020, share impor dari negeri Tirai Bambu ini sebesar 28,83% atau setara US$ 2,80 miliar, selanjutnya ada Jepang sebesar 7,53% atau setara US$ 0,73 miliar, dan Singapura sebesar 7,28% atau setara US$ 0,71 miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sementara dari negara ASEAN pangsanya 19,67% dengan nilai US$ 1,91 miliar, Uni Eropa pangsanya 8,29% dengan nilai US$ 0,80 miliar," ungkapnya dalam video conference, Senin (16/11/2020).

Meski memiliki share terbesar, namun di Oktober ini nilai impor Indonesia dari China mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari seluruh penggunaan barangnya, mulai dari barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal.

ADVERTISEMENT

Setianto mengatakan pangsa pasar impor Indonesia dari China mencatatkan penurunan yang paling tinggi yaitu sebesar US$ 709,1 juta atau setara Rp 10,06 triliun (kurs Rp 14.200) di Oktober 2020.

"Tiongkok turun US$ 709,1 juta," kata Setianto.

Berbeda dengan impor, kinerja ekspor Indonesia tercatat US$ 14,39 miliar di Oktober 2020. Angka ini meningkat 3,09% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar US$ 13,39 miliar.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Otoritas statistik nasional mencatat peningkatan kinerja ekspor terbesar tertuju pada negara China. Setianto mengatakan pangsa ekspor terbesar Indonesia masih diduduki oleh China dengan total share sebesar 20,78% dari US$ 14,39 miliar.

"Untuk pangsa pasar nonmigas kita di beberapa negara tujuan pada Oktober 2020. Disini, Tiongkok share 20,78% di Oktober 2020 dengan total nilai 2,86 miliar dolar," kata dia.

Di peringkat kedua, ada Amerika Serikat (AS) dengan share 11,90% atau setara US$ 1,64 miliar. Di urutan ketiga ada Jepang dengan share 7,73% atau setara US$ 1,06 miliar.

"Kemudian kita lihat pangsa pasar kita ke negara ASEAN, di sini nilainya US$ 3 miliar dengan share 21,81%. Sementara ke Uni Eropa nilainya US$ 1,15 miliar dengan share sebesar 8,35%," jelasnya.

Setianto menjelaskan, China masih menjadi pangsa pasar terbesar Indonesia juga terlihat karena terjadi peningkatan nilai ekspor sebesar US$ 234,7 juta atau setara Rp 3,3 triliun (kurs Rp 14.200) di Oktober 2020. Selanjutnya disusul oleh Vietnam yang meningkat US$ 96,1 juta.

Selain itu, ekspor Indonesia ke Filipina juga bertambah US$ 83,3 juta, ke Malaysia bertambah US$ 65,8 juta, dan ke Spanyol bertambah US$ 54,8 juta.

Sementara ekspor Indonesia yang mengalami penurunan terbesar adalah ke Swiss yaitu sebesar US$ 86,2 juta, disusul oleh Singapura sebesar US$ 60,1 juta, dan negeri Paman Sam ada di posisi ketiga yaitu sebesar US$ 49,6 juta.

"Demikian juga ke Australia dan Kenya termasuk 5 besar tujuan ekspor kita yang turun," ungkap Setianto.



Simak Video "Ada Corona, Mendag Sebut Neraca Dagang Surplus USD 13,5 Miliar"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads