Rp 4.983 T Investasi Buat Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Rp 4.983 T Investasi Buat Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Rabu, 18 Nov 2020 08:30 WIB
Petugas Cash Center BNI menyusun tumpukan uang rupiah untuk didistribusikan ke berbagai bank di seluruh Indonesia dalam memenuhi kebutuhan uang tunai jelang Natal dan Tahun Baru. Kepala Kantor perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Papua mengungkapkan jumlah transaksi penarikan uang tunai sudah mulai meningkat dibanding bulan sebelumnya yang bisa mencapai penarikan sekitar Rp1 triliun. Sedangkan untuk Natal dan tahun baru ini secara khusus mereka menyiapkan Rp3 triliun walaupun sempat diprediksi kebutuhannya menyentuh sekitar Rp3,5 triliun. (FOTO: Rachman Haryanto/detikcom)
Foto: Rachman Haryanto

Presiden Direktur BNI Asset Management Putut Endro Andanawarih mengatakan, inflasi 2021 mendatang akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini. Inflasi adalah kondisi terjadinya peningkatan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus.

"(Inflasi) Ini seiring meningkatnya penyaluran stimulus pemerintah. Kebijakan bunga Bank Indonesia yang relatif bertahan di level 3,75-4% seiring level inflasi yang mulai naik. Tapi masih ada potensi penurunan suku bunga sebesar 25-50 bps dari level saat ini," kata dia dalam acara Webinar Market Outlook 2021 dengan tema "Resilience to Counter Economic Turbulence", Selasa (17/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari data BI inflasi minggu kedua November 2020 sebesar 0,21% secara bulanan. Kemudian secara tahun kalender 1,17% dan secara tahunan 1,53%.

Penyumbang utama inflasi yaitu daging ayam ras sebesar 0,08%, cabai merah 0,03%, telur ayam ras dan bawang merah 0,02%. Kemudian minyak goreng, tomat dan bawang putih mengalami inflasi sebesar 0,01% month to month.

ADVERTISEMENT

Putut menyebutkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada level 4-5,1% (upside risk di 6%) pada tahun 2021, didorong oleh gradual recovery dari re-opening economy, khususnya bila vaksin sudah dapat terdistribusi.

"Selain itu diestimasi investasi dan ekspor meningkat, serta belanja dan program stimulus Pemerintah masih cukup solid. Yield SUN 10 tahun diestimasi bergerak pada kisaran 6,27 - 6,65% (risk 7,3%) ditopang likuiditas lokal dan kembali masuknya investor asing ke pasar obligasi di Indonesia," jelas dia.


(kil/fdl)

Hide Ads