Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, pemerintah saat ini membuka peluang besar agar perusahaan swasta bisa bekerja sama dengan BUMN dalam beberapa proyek strategis dengan skema Public Private Partnership (PPP) atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Salah satu kerja sama yang ia contohkan mulai di sektor pangan, pariwisata, dan sebagainya.
Ia mencontohkan, misalnya BUMN akan mengakuisisi perusahaan di luar negeri dengan bekerja sama dengan swasta. Nantinya, ketika hendak mengirim produk dari perusahaan yang diakuisisi itu, tentunya swasta akan lebih dipermudah karena bekerja sama dengan BUMN.
"Kita sangat terbuka kalau memang kita perlu akuisisi perusahaan daging di luar negeri bersama swasta. Kita menjadikan Indonesia Incorporation. Kita tidak perlu mayoritas, mungkin 40%, 60% 2-3 pemain swasta. Kita akuisisi perusahaan di Brasil atau Argentina we are more than welcome. Toh kalau berpartner dengan BUMN masuk barangnya lebih gampang, nah ini kan ada win-win," ujar Erick dalam webinar Jakarta Food Security Summit (JFSS) 2020, Kamis (19/11/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ia berpesan bagi swasta yang mau menjalin kerja sama dengan BUMN agar tak mengakali kerja sama itu dengan cara apa pun. Ia juga berpesan pada BUMN yang bekerja dengan perusahaan swasta, agar tak bersikap bagaikan raja.
"Dari statement awal saya tidak mau ada birokrasi yang menghambat di Kementerian BUMN, saya tidak mau ada raja-raja kecil di BUMN, kita harus GCG, transparan. Tapi saya juga mau cari partner di swasta jangan yang ngakalin BUMN. Jadi win-win," tegas Erick.
Selain di sektor pangan, Erick juga mencontohkan bentuk kerja sama yang bisa dibuat antara BUMN dengan swasta. Misalnya membangun perkebunan kayu untuk industri mebel dengan memanfaatkan lahan Perum Perhutani.
"Industri mebel di Indonesia kalau tidak salah bahan bakunya masih impor karena kayu-kayunya. Nah kenapa kita nggak mapping bareng, berapa sih kebutuhan kayu impor di Indonesia untuk mebel kualitas tinggi, yang di mana bisa dikirim ke luar negeri juga. Kalau memang itu bisa ditanam di Indonesia, kenapa tidak?" urainya.
Menurut Erick, lebih baik lahan Perhutani dikerjasamakan dengan swasta, ketimbang jadi bancakan para oknum.
"Toh Perhutani kita punya lahan hampir 2 juta hektare. Daripada lahannya ini sama oknum diambil, dijadikan bancakan, ya nggak? Kalau kita berpartner dengan private sector yang memang juga ahlinya, nah daripada lahan ini hilang kan dijaga sama private sector-nya, dengan cara win-win," tutur Erick.
Namun, baik di sektor pangan seperti produksi daging yang ia contohkan tadi, dan juga di sektor lainnya, Erick berharap kerjasama BUMN dengan swasta ini bisa meningkatkan produktivitas dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan impor bahan baku.
"Tetapi bagaimana tadi market yang impor daging 1,5 juta ton, kalau bisa kita ikutan. Dalam arti jangan terus diimpor, toh market kita besar," pungkasnya.
(zlf/zlf)