Corona Bikin Belanja Online Eksis di Rusia

Corona Bikin Belanja Online Eksis di Rusia

Anisa Indraini - detikFinance
Kamis, 19 Nov 2020 21:45 WIB
Bisnis online
Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Pandemi virus Corona (COVID-19) memberikan berkah tersendiri untuk peningkatan belanja online di Rusia. Selama pandemi, jumlah orang yang belanja online di negara tersebut meningkat pesat.

Belanja online saat ini menjadi tren dan sedang terjadi di seluruh Rusia, membuat orang berlomba-lomba menjadi pengecer dengan berinvestasi besar-besaran di pusat logistik dan titik pengiriman. Maklum, masyarakat di sana tidak dapat melakukan pengiriman cepat karena jalan tersumbat oleh es dan salju selama berbulan-bulan.

"Sangat nyaman," kata Seorang guru Bahasa Inggris dari kota Samara, Alina Lunina yang sekarang membeli pakaian, buku, riasan secara online, dikutip dari Reuters, Kamis (19/11/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menggunakan perusahaan Rusia Wildberries, yang membutuhkan dua hari dalam pengiriman meskipun Samara lebih dari 860 km (534 mil) dari kantor pusatnya di Moskow.

"Ada banyak titik penjemputan di daerah saya. Saya butuh lima menit untuk berjalan," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Booming e-commerce adalah perkembangan yang disambut baik oleh para ekonom yang mengatakan Rusia terlalu bergantung pada pendapatan minyak dan gas. Penjualan ritel turun karena berkurangnya permintaan konsumen, hal itu karena dampak dari lockdown yang membuat orang-orang di rumah pada awal pandemi karena telah membunuh lebih dari 34.000 orang di Rusia.

Menurut perusahaan riset Data Insigh, e-commerce hanya menyumbang 1,4% dari ekonomi Rusia pada 2019, angka itu kecil dibandingkan dengan 2,6% di Amerika Serikat dan 5,1% di China. Namun Analis dari firma riset pasar Euromonitor memperkirakan penjualan online tahunan di Rusia tumbuh lebih dari 40% tahun ini menjadi sekitar 2,5 triliun rubel. Untuk paruh pertama 2020, dia menempatkan nilai pasar di Rusia sebesar US$ 15,2 miliar.

"Pasar e-niaga Rusia tumbuh secara signifikan lebih cepat daripada di Amerika Serikat atau di negara-negara UE terbesar, berkat efek basis penetrasi yang rendah," katanya.

(dna/dna)

Hide Ads