Anak Muda Doyan Ngopi, Awas RI Malah Jadi Kebanjiran Impor loh

Anak Muda Doyan Ngopi, Awas RI Malah Jadi Kebanjiran Impor loh

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 22 Nov 2020 06:49 WIB
Sebelum Ngopi Cek Dulu 5 Fakta Sehat Soal Kopi Ini
Foto: iStock
Jakarta -

Tren mengonsumsi kopi mulai meningkat, bahkan sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat di perkotaan. Maraknya mengonsumsi kopi terjadi seiringan dengan kehadiran kafe-kafe di perkotaan, bahkan sudah menjamur.

"Konsumsi kopi tinggi karena muncul kafe-kafe kopi yang dikelola oleh anak-anak milenial. Nah trennya menggunakan kopi-kopi nusantara, trennya sekarang seperti itu, sehingga, kafe-kafe ini tidak hanya menjual kopi, tapi juga mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif dari komunitas kopi," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Doni P. Joewono dalam webinar Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2020 edisi Dialog Kopi, Sabtu (21/11/2020).

Akan tetapi, Doni mewanti-wanti pertumbuhan konsumsi kopi dalam negeri itu memicu tingginya impor kopi. Padahal, Indonesia sendiri merupakan salah satu produsen kopi yang sudah diakui dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita takut jangan sampai nanti impornya lebih besar dari ekspornya," kata Doni.

Terlebih lagi, Doni ekspor kopi Indonesia terus mengalami penurunan. Kontribusi kopi Indonesia dalam memenuhi konsumsi dunia pun masih sangat minim.

ADVERTISEMENT

"Tapi kita lihat ekspor kita terus turun, kita cuma memenuhi 4% dari kebutuhan dunia. Tapi ya itu tadi, karena lifestyle meningkat, impornya meningkat juga. Nah ini yang harus kita tutup," jelasnya.

Selain itu, Doni menuturkan, Indonesia masih kalah bersaing dengan Brasil dan Vietnam dalam ekspor kopi.

"Ini kan menunjukkan bahwa produksi kopi kita tidak secepat yang dilakukan oleh Brasil dan Vietnam. Ini yang kita semua harus mendorong ini," tutur Doni.

Ia mengungkapkan, produktivitas kopi di Indonesia masih kalah saing karena caranya memang masih sangat tradisional, dan luas tanamnya pun masih perlu diperluas. Doni mengatakan, total areal produksi kopi di Indonesia baru 760.000 hektare (Ha), padahal total luas yang tersedia mencapai 1,26 juta Ha.

"Jadi memang untuk mendorong ekspor kopi ke mancanegara itu tidak terlepas dari tantangan kita. Sekarang kan problem-nya bagaimana kita menjadikan kopi sebagai produk utama kita. Jadi tantangannya kalau kita lihat budi daya tanaman kopi ini produktivitasnya masih rendah karena dilakukan secara tradisional, nah inilah yang harus kita pikirkan bagaimana cara menanamnya dengan baik," ucap Doni.

Oleh sebab itu, ia mengajak generasi muda Indonesia, dan juga berbagai kalangan lainnya untuk mendukung peningkatan produksi kopi. Apalagi, Indonesia sudah punya reputasi yang bagus di dunia kopi internasional.

"Tapi jangan lupa, kita itu termasuk 4 besar dunia. Karena varietas kopi kita unik. Meskipun kita hanya 17% dari total produksi Indonesia. Jadi arabika memang hanya 17%, tapi kita punya kategori speciality coffee yang tinggi di dunia internasional," tandas Doni.


Hide Ads