1. Omzet Pedagang Anjlok 90%
Meski sudah ada kabar baik bahwa sekolah tatap muka dimulai Januari 2021, namun oara pedagang seragam sudah merana lebih dari 9 bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aktivitas belajar dari rumah yang dimulai sejak Maret lalu membuat para pedagang seragam kehilangan pelanggannya.
Sedihnya lagi, di pembukaan tahun ajaran 2020/2021 pada pertengahan tahun ini diiringi harus dilalui para pedagang, tanpa merasakan manisnya dagangan yang laku keras yang biasa terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
Kembali ke Ayin, ia mengatakan, kondisi ini menyebabkan omzet tokonya anjlok hingga 90%. Aktivitas belajar dari rumah menyebabkan tak ada masyarakat yang membeli seragam.
"Omzet turun lebih dari 90%. Sudah rugilah sekarang, nggak ada pemasukan, tapi tetap bayar listrik, iuran biaya pengelolaan pasar (BPP) lewat CMS, ya pengaruh banyaklah ini. Ruginya sudah susah diomongin. Yang paling terdampak ya pedagang seragam sekolah dibandingkan yang lain. Karena orang kalau punya duit ya beli makan dululah, baju nanti-nanti saja," ungkap Ayin.
Tak jauh berbeda, Adi juga mengaku omzetnya anjlok hingga 80% selama bulan Maret-Juni.
"Saat parah-parahnya Corona kita mencari penglaris saja susah. Maret-Juni kita dapat penglaris sepotong-sepotong saja alhamdulillah. Kalau awal Corona omzet turun 70-80%," imbuh Adi kepada detikcom.
Selain Adi, Naya (32) yang juga pedagang seragam di Pasar Palmerah mengatakan, dampak pandemi menyebabkan omzetnya turun lebih dari 50%. Meski begitu, ia cukup tertolong karena di tokonya juga menjual pakaian wanita dewasa, dan pakaian kerja.
"Saya jual baju biasa juga, fokus ke seragam juga. Kalau yang beli seragam ya 1-2 ada," jelas Naya kepada detikcom.
Tak terlewat, Zamzul juga merasakan penurunan omzet yang sangat besar.
"Sampai sekarang omzet masih jatuh 80%. Padahal kalau memasuki tahun ajaran baru sebelum Corona, saya bisa dapat Rp 750.000-1.000.000 per hari itu dari kaos kaki anak sekolah, dan peralatan lain seperti gesper," tutur Zamzul.