Sekolah Tatap Muka Mulai Januari, Pedagang Seragam Teriak Pembeli Masih Sepi

Sekolah Tatap Muka Mulai Januari, Pedagang Seragam Teriak Pembeli Masih Sepi

Vadhia Lidyana - detikFinance
Minggu, 22 Nov 2020 09:07 WIB
Penjualan seragam sekolah ikut terdampak pandemi Corona. Bahkan, omzet para pedagang berkurang hingga 70 persen.
Foto: Rifkianto Nugroho

2. Jualan Tak Laku, Tagihan Listrik dan Sewa Pasar Menunggu

Walaupun sudah merana karena jualan tak laku, para pedagang masih harus menanggung Biaya Pengelolaan Pasar (BPP) dan listrik secara penuh, atau tak ada keringanan. Hal inilah yang membuat para pedagang 'berteriak'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kok sudah kayak gini kondisi kami, tapi kami tetap bayar full. Toko saya ini 4 petak, 1 petaknya dikenakan biaya sewa lewat CMS itu Rp 300.000/bulan. Jadi saya harus bayar Rp 1 juta lebih, belum listriknya ini full. Ini saja toko depan saya, dari April-Juni toko tutup,tapi listrik tetap full bayar," jelas Adi.

Adi menegaskan, dirinya tak minta digratiskan oleh pengelola pasar dalam hal ini PD. Pasar Jaya, maupun Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Hanya saja, ia meminta setidaknya diberikan keringanan.

ADVERTISEMENT

"Ini nggak ada sama sekali bantuan. Kalau kita namanya keadaan seperti ini minta pengertiannya saja, kayak pembayaran melalui CMS, listrik, ya minta keringanan saja," tegas Adi.

Adi mengatakan, pihak pengelola pasar memang sudah menawarkan keringanan iuran BPP. Namun, untuk memperoleh keringanan itu harus mengajukan proposal, dan menurutnya prosedurnya sangat rumit.

Sama dengan Adi, Ayin meminta agar pemerintah bisa memberikan urunan tangan membantu para pedagang seragam yang tengah merugi.

"Ya kalau bisa saya minta bantuan dana untuk pedagang pasar, untuk jadi modal lagi. Karena kita bayar sewa, listrik setiap bulan, padahal tidak ada pemasukan," tutur Ayin.

Begitu juga dengan Zamzul yang berharap pemerintah bisa memberikan bantuan dan keringanan bagi para pedagang pasar yang kesulitan.

"Ya kita sih cuma ingin pengertiannya dari pemerintah. Kita sudah begini, sepi, pemasukan juga jauh. Saya sejak PSBB pertama biasanya dapat komisi per bulan, sekarang nggak ada sama sekali, hanya cukup buat makan saja," tutup Zamzul.


(zlf/zlf)

Hide Ads