Masyarakat Amerika Serikat (AS) biasanya melakukan pesta belanja pada satu hari setelah perayaan Thanksgiving. Hari spesial itu disebut biasa disebut dengan Black Friday.
Di hari itu banyak toko-toko ritel di negeri paman Sam baik yang online maupun offline melakukan promo dan diskon besar-besaran.
Namun jauh sebelum hingar bingar belanja, istilah Black Friday sebenarnya pertama kali dikaitkan dengan krisis keuangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari Telegraph, Jumat (27/11/2020), pada hari dua pemodal Wall Street Jim Fisk dan Jay Gould, bersama-sama membeli sejumlah besar emas di AS dengan harapan harga keseluruhan melonjak.
Namun, pada hari Jumat 24 September 1869, pasar emas AS justru jatuh dan tindakan Fisk dan Gould membuat para petinggi Wall Street bangkrut. Hari itu disebut sebagai Black Friday. Baru beberapa tahun kemudian periode pasca-Thanksgiving dikaitkan dengan nama itu.
Cerita lainnya menyebutkan, istilah Black Friday berasal dari kebiasaan toko-toko di AS mencatat rincian akuntansi mereka dengan dua warna, hitam dan merah.
Mereka mencatat keuntungan dalam warna hitam dan kerugian dalam warna merah. Namun, banyak toko mencatatkan tinta merah sepanjang tahun.
Tetapi setiap momen sehari setelah Thanksgiving, toko ini mencatatkan tinta hitam di neraca keuangannya. Hal itu terjadi ketika pembeli membeli sejumlah besar barang dagangan dengan potongan harga. Dari situ lah istilah Black Friday diambil.
(dna/dna)