Corona Kejam! Perajin Logam Terpaksa Gulung Tikar

Corona Kejam! Perajin Logam Terpaksa Gulung Tikar

Dian Utoro Aji - detikFinance
Jumat, 27 Nov 2020 16:43 WIB
Perajin logam di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo, Kudus, Jawa Tengah
Foto: Dian Utoro Aji/detikcom: Perajin logam di Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo, Kudus, Jawa Tengah
Kudus -

Pandemi Corona atau COVID-19 menjadi momok tersendiri bagi pelaku usaha kecil menengah (UKM). Di Kudus, Jawa Tengah ada ratusan perajin logam gulung tikar karena kesulitan memasarkan.

"Masa pandemi merosot tajam, malahan beberapa ada yang gulung tikar karena tidak bisa memasarkan. Mencari alih profesi kuli bangunan, jual produk lain. Menurut saya penurunan sangat dratis," kata Ketua UMKM Logam, Kudus M Syahri Baedlowi kepada detikcom saat ditemui di rumahnya Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo, Jumat (27/11/2020).

Syahri mengatakan, kebanyakan sentra logam berada di Desa Hadipolo dan Desa Tenggeles Kecamatan Jekulo. Seperti di Hadipolo dulu UMKM yang aktif sekitar ada 300 pelaku usaha. Namun setelah pandemi sekarang tinggal 250 pelaku UMKM logam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan di Desa Tenggelas ada ratusan yang terdampak. Semula ada sekitar 200 pelaku usaha, kini selama pandemi tinggal 100 pelaku UMKM saja.

"Kalau dulu lebihnya, dulu pertama 500 di Hadipolo, belakangan terakhir tinggal 300 an dan kini (masa pandemi virus Corona) mungkin tidak ada data yang pasti tapi geliatnya terlihat itu sekitar 250 pelaku UMKM. Tenggeles dulu 200 pelaku UMKM sekarang 100 UMKM itu kita bicara yang aktif ya," kata Syahri.

ADVERTISEMENT

Langsung klik halaman selanjutnya.

Menurutnya ada beberapa faktor yang menyebabkan usaha produksi logam mengalami gulung tikar. Contohnya, selama pandemi ini pelaku UMKM logam sulit untuk memasarkan barangnya. Hal tersebut terjadi karena ada pembatasan sosial terjadi di beberapa wilayah.

"Karena mayoritas membuat pisau standar bawah (menengah ke bawah). Paling Rp 2 ribu dengan harga produk harus banyak. Produk banyak kondisi pandemi ini tidak bisa menjual. Ada PSBB, ada tidak boleh di pasar dan hambatan lain dan terus. Perajin terdampak," kata Syahri.

"Bahan baku ada, produksi ada tapi tidak bisa menjual," sambungnya.

Kebanyakan kata dia perajin UMKM logam memproduksi pisau dapur, peralatan bangunan, hingga alat pertanian. Ke depan dia berharap agar para perajin mampu meningkatkan kualitas logam. Sehingga mampu menembus pasaran menengah ke atas.

"Kebanyakan, pisau dapur biasa. Itu kebutuhan pokok. Jadi dibutuhkan lain. Produk perluasannya alat bangunan, pertanian. Kita sarankan produksi pisau menengah ke atas. Dengan pisau yang memiliki kualitas bagus. Meski mahal tapi kualitas juga bagus," tandas Syahri.


Hide Ads