Menanggapi itu, Sri Mulyani mengungkapkan selama pandemi pemerintah sudah memberikan berbagai program bantuan. Anggaran yang disiapkan pemerintah mencapai Rp 695,2 triliun.
Anggaran tersebut tersebar ke 6 klaster, seperti kesehatan, perlindungan sosial, dukungan UMKM, insentif pelaku usaha, pembiayaan korporasi, dan sektoral Pemda dan K/L. Dukungan bagi para pengusaha, dikatakan Sri Mulyani bisa didapat dari klaster dukungan pelaku usaha berupa insentif pajak.
"Pemerintah berikan dukungan berbagai pihak, mulai dari pajak untuk karyawan ditanggung pemerintah, atau cicilan pajak berkala diturunkan sampai 50%, PPh badan turun dari 25% menjadi 22%, untuk impor tidak bayar bea masuk dan ini ditujukan tetap memberikan bantuan kepada masyarakat dan dunia usaha," tegas Sri Mulyani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini pun meminta kepada pelaku usaha yang tergabung dalam GP Jamu untuk segera memanfaatkan program bantuan dari pemerintah di tengah pandemi COVID-19.
Sementara Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Kementerian Perindustrian, Muhammad Khayam mengatakan industri jamu tanah air menjadi salah satu sektor yang tidak terdampak COVID-19. Itu artinya, industri jamu menjadi salah satu bidang usaha yang tetap tumbuh di tengah masa-masa sulit akibat COVID-19.
Dia mencatat, industri farmasi, obat kimia dan obat tradisional serta industri bahan kimia tanah air mengalami pertumbuhan hingga 8,65%.
"Jadi industri-industri farmasi kimia ini jadi nggak terpengaruh selama COVID-19 ini. Baik kuartal II harusnya positif, industri yang bergerak sektor kesehatan dapat demand tinggi, peningkatan permintaan suplemen kesehatan di masa krisis di bidang kesehatan itu salah satu kebutuhan oleh masyarakat," ungkap dia.
(hek/fdl)