Dampak pandemi COVID-19 juga memukul kerajinan payung lukis di Kabupaten Klaten. Omzet para pelaku UKM payung seni di sentra Desa Tanjung, Kwarasan dan Kenaiban, Kecamatan Juwiring itu anjlok.
"Dampaknya sangat terasa sebab pesanan sepi sejak bulan Maret. Kalaupun ada cuma satu dua yang laku tidak seramai sebelum ada COVID," jelas Wigit, pemilik kerajinan payung lukis Honocoroko, Dusun Gumantar, Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring kepada detikcom di rumahnya, Sabtu (5/12/2020).
Dikatakan Wigit, payung produksinya berbahan kain untuk kesenian, dekorasi, dan hotel. Setelah ada COVID-19 omzetnya anjlok sebab banyak kegiatan, wisata, dan hotel ditutup sehingga produksi sebagian dihentikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tinggal produksi yang kecil-kecil harganya Rp 50.000 dan yang besar Rp 400.000 berhenti. Padahal biasanya kirim ke Bali, Jakarta, Surabaya, dan lainnya bisa 100 biji sebulan sebelum ada COVID," papar Wigit.
Saat ini, ungkap Wigit, perajin hanya bisa bertahan dengan tetap memproduksi skala kecil untuk stok. Stok itu untuk persediaan jika nantinya kondisi membaik.
"Kita tetap produksi untuk stok, siapa tahu nanti kondisi membaik. Perajin hanya bertahan dan bantuan UKM juga tidak dapat karena sudah berurusan dengan bank sejak dulu," lanjut Wigit.
Ketua Kelompok Kreatif Perajin Payung Lukis Ngadi Rahayu Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Ngadi Yakur mengatakan di awal pandemi COVID-19, omzet perajin anjlok sampai 80%. Penyebabnya banyak sekolah, acara, tempat wisata, dan hotel tutup.
"Payung ini payung seni untuk sekolah, hotel, dan tempat wisata. Jika mereka tutup omset otomatis turun, bahkan di awal pandemi turun sampai 80%," jelas Ngadi pada detikcom di rumahnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.