Dikatakan Ngadi, sebelum ada pandemi dalam sebulan dirinya bisa mengirim 750-1.000 payung. Tapi setelah Corona datang penjualan tidak pasti.
"Sekarang bisanya cuma adang-adang (menunggu) tapi ini sudah lumayan dibanding awal COVID. Alhamdulillah kita masih bertahan," papar Ngadi.
Selama dihantam pandemi, tambah Ngadi, pengusaha tidak ada yang melakukan PHK terhadap karyawan. Sebab yang diterapkan sistem borongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sini rata-rata borongan jadi tidak ada PHK. Kalau total perajin ada sekitar 50 orang untuk berbagai jenis payung," ujar Ngadi.
Kendala paling utama ke depan, sambung Ngadi adalah SDM. Sebab semakin sedikit anak muda yang menggeluti payung. Padahal yang ada saat ini sudah tua.
"Kami tidak banyak berharap pada pemerintah. Kendala utama kami karena payung ini punya nilai sejarah tapi SDM semakin kurang karena banyak usia tua ditambah peralatan manual," pungkas Ngadi.
(ara/ara)