Menurut dia, banyak pundi-pundi keuntungan yang bisa didapat dari motor tua yang sering dipandang sebelah mata ini. Dia mengibaratkan Vespa sebagai permata yang kusam sehingga perlu dipoles kembali agar memiliki nilai jual yang tinggi.
Selama menjalankan bisnis bengkel Vespa, Gunadi mengaku sangat memprioritaskan pelayanan kepada para pelanggannya. Dia mengaku hingga saat ini masih bersedia mendatangi pelanggannya yang mengalami mogok di jalan meskipun jaraknya jauh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mogok di mana kita jemput, sampai sekarang masih, cuma itu yang namanya konsumen kan macam-macam, ada yang menghargai dan ada yang tidak menghargai, yang penting saya datang, kerjain, ongkosnya terserah," kata dia.
Waktu demi waktu sudah dilalui, dari usaha bengkel Vespa yang menawarkan jasa service, menjual sparepart hingga jasa restorasi Vespa. Untuk saat ini, pria yang akrab disapa Om Bagol ini mengungkapkan bisnis restorasi Vespa sedang naik daun.
Bisnis restorasi ini merupakan mengubah Vespa mati atau 'bangke' menjadi layak pakai hingga mirip seperti produk keluaran pabrik alias original. Dia bilang untung dari bisnis restorasi ini sangat tinggi.
"Saya pernah restorasi Vespa VBB dan Sprint. VBB bahan kemarin masih Rp 8 juta, saya jual Rp 15 juta kan lumayan," ujarnya.
Dia mengungkapkan proses restorasi yang dilakukan mulai dari pembenahan body motor, mesin, cat, hingga melengkapi aksesoris sesuai dengan keluaran pabriknya.
Dia mengungkapkan, keuntungan menjual Vespa hasil restorasi saat ini lebih besar dibandingkan dengan omzet bengkel Vespa yang sudah belasan tahun dijalani. Meski begitu, Gunadi mengaku tidak begitu menggeluti bisnis jual beli Vespa hasil restorasi dan memilih menjadi mitra para penjual sebagai bengkel yang menerima restorasi dan jasa service lainnya.
Saat ini, dikatakan Gunadi, omzet dari bengkel Vespanya rata-rata mencapai Rp 5 juta per bulan. Saat ini, dirinya sudah mempekerjakan dua orang karyawan.
Sementara Yudi, salah satu pemilik Vespa mengatakan, faktor utama yang membuat harga motor antik ini mahal karena bentuknya yang unik serta tidak diproduksi lagi.
"Saya suka Vespa juga karena suka menjadi pusat perhatian. Misalnya lagi berhenti suka ditanyain ini apa, itu yang bikin suka. Lalu budayanya, saling sapa di jalan," kata Yudi.
Selanjutnya, Yudi mengatakan, mahalnya harga Vespa juga saat ini sudah banyak masyarakat yang mengenal motor asal Italia. Dia mencontohkan, bengkel Vespa saat ini lebih mudah dijumpai dibandingkan pada sebelumnya.
"Sekarang nggak perlu takut mogok, sparepartnya sudah banyak. Bahkan ada yang sudah bisa jadi racing," ungkapnya.
(hek/zlf)