Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati blak-blakan repotnya menjadi seorang perempuan karena terkadang tidak mendapatkan perlakuan yang sama dengan laki-laki. Tak hanya di Indonesia, tapi itu terjadi di banyak negara.
Salah satu perbedaan yang dialami perempuan dan laki-laki yakni mengenai pendidikan.
"Banyak sekali pergulatan-pergulatan awal yaitu menentukan saya sekolah ambil jurusan apa ya, atau bahkan boleh sekolah nggak waktu itu sama orang tuanya. Kemudian ambil jurusan apa, orang tuanya minta ambil jurusan apa, dia merasa kepengen jurusan apa," kata Sri Mulyani dalam webinar, Minggu (20/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian saat akan menapaki dunia kerja, kata Sri Mulyani, perempuan juga dihadapkan berbagai hal dan pertanyaan.
"Dia harus menentukan kapan dia harus bekerja, bekerjanya di mana, kemudian kalau mereka kemudian berumah tangga muncul dilema-dilema waktu hamil pertama atau bahkan begitu berumahtangga tiba-tiba suaminya bilang kamu masih akan tetap kerja nggak. Mereka harus membuat keputusan-keputusan dalam hidupnya, yang laki-laki itu nggak pernah harus mengalami pertanyaan seperti itu," jelasnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan aspek-aspek lainnya yang membuat perempuan tidak berada dalam posisi yang sama mudahnya dengan laki-laki, mulai dari sisi norma, nilai-nilai kebiasaan, budaya, atau implementasi agama. Itu tidak hanya terjadi di Indonesia tapi banyak negara.
"Pertama waktu lahir saja belum tentu mereka bisa dapat sertifikat lahir. Waktu dia kemudian sudah menjadi anak-anak, dia belum tentu diberikan imunisasi sama seperti yang laki-laki. Kalau dia dikasih makan, kalau dia untuk keluarga yang pas-pasan yang didahulukan anak laki dulu," jelasnya.
"Kemudian kalau dia sekolah yang diberi prioritas laki-laki dulu, nanti kalau keluarganya ekonominya terbatas yang harus sekolah terus harus laki-laki, perempuan dianggap itu biasa harus berkorban. Itu tidak hanya di Indonesia," sambungnya.
Bahkan, ketika sudah bekerja, perempuan kata Sri Mulyani tidak boleh punya rumah, toko atau tempat usaha atas nama perempuan, dan harus atas nama laki-laki.
"Sehingga dia nggak bisa ke bank untuk pinjam karena dia nggak punya jaminan. Itu di seluruh dunia banyak sekali ya namanya peraturan-peraturan yang menyebabkan perempuan itu tidak selalu dalam posisi yang sama (dengan laki-laki)," tambahnya.
(toy/dna)