Karena hal itu, tahu dan tempe mengalami kelangkaan. Lantaran, bahan bakunya yaitu kedelai mengalami kenaikan harga di pasar global dan membuat perajin mogok produksi.
Masalahnya, untuk membuat tahu dan tempe, Indonesia masih begitu bergantung pada kedelai impor.
Buktinya, sejak awal tahun hingga bulan Oktober 2020 saja, menurut data BPS, Indonesia sudah mengimpor sebanyak 2,11 ton kedelai dengan total transaksi sebesar US$ 842 juta atau sekitar Rp 11,7 triliun (kurs Rp 14.000/US$).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari jumlah tersebut, negara yang paling banyak mengekspor kedelainya menuju Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Malaysia, Argentina, hingga Prancis.
Selama Januari-Oktober 2020, impor kedelai dari AS ke Indonesia jumlahnya mencapai 1,92 juta ton dengan nilai transaksi sebesar US$ 762 juta atau sekitar Rp 10,6 triliun.
Selama tiga tahun terakhir, impor kedelai pun terus meningkat. Di tahun 2018 impor kedelai mencapai 2,58 juta ton, kemudian jumlahnya naik di tahun 2019 menjadi 2,67 juta ton. Selama itu pula, AS menjadi negara paling banyak yang menyediakan kebutuhan kedelai di Indonesia.
(upl/upl)