5 Fakta Tahu-Tempe yang Muncul Lagi, tapi Harganya Naik

5 Fakta Tahu-Tempe yang Muncul Lagi, tapi Harganya Naik

Vadhia Lidyana - detikFinance
Senin, 04 Jan 2021 18:30 WIB
Dampak kedelai naik, harga tahu di pasar tradisional yang ada di Kota Bandung, Jawa Barat naik. Kenaikan harga ini terjadi hari ini, Senin (4/1/2021).
Ilustrasi/Foto: Wisma Putra
Jakarta -

Setelah tiga hari menghilang di mana-mana, tepatnya pada 1-3 Januari kemarin, tahu dan tempe kini kembali lagi di pasaran. Kembalinya tahu dan tempe diiringi dengan kenaikan harga Rp 1.000 per potong.

Berikut 5 fakta tahu-tempe yang sudah kembali lagi, tapi dengan harga yang naik:

1. Harga Tahu-Tempe Naik Rp 1.000/potong

Harga tahu dan tempe naik di pasaran. Di Pasar Gondangdia, Jakarta Pusat misalnya, harga tahu dan tempe naik Rp 1.000 per potong.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada kenaikan Rp 1.000 per potong," ungkap seorang pedagang tahu dan tempe di Pasar Gondangdia yang bernama Slamet Riadi ketika ditemui detikcom, Senin (4/1/2021).

Slamet menjelaskan, harga tahu yang biasanya Rp 4.000 per potong, naik menjadi Rp 5.000 per potong. Kemudian, tempe yang normalnya Rp 5.000 per potong, naik menjadi Rp 6.000 per potong.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, pedagang lain di Pasar Gondangdia yang bernama Toradi menjual tahu dan tempe dengan harga yang berbeda. Harga tahu dan tempe yang dijual lebih tinggi dibandingkan Slamet.

"Harga tempe biasanya Rp 6.000/potong, naik sekarang jadi Rp 7.000/potong. Karena harga kedelai kan mahal. Kalau tahu sepotong dari Rp 7.000 jadi Rp 8.000," jelas Toradi.

2. Ludes Diborong Pembeli

Meski harga tahu dan tempe naik Rp 1.000/potong, tetapi tidak menghentikan masyarakat untuk membeli. Bahkan, semua pedagang tahu dan tempe di Pasar Gondangdia mengaku dagangannya habis terjual.

Slamet salah satunya, yang mulai berdagang di Pasar Gondangdia sejak pukul 4 pagi, lalu dagangannya sudah laku keras sampai sekitar pukul 8 pagi tadi.

Slamet mengaku, dirinya memang tak membawa stok tahu dan tempe sebanyak hari-hari sebelumnya. Pasalnya, harga tahu dan tempe mengalami kenaikan Rp 1.000, sehingga ia takut masyarakat enggan membeli.

"Sudah habis. Saya biasanya bawa itu 100 potong masing-masing tahu dan tempe. Tapi tadi saya bawa separuhnya. Saya pikir nggak laku banyak karena harga naik di saat daya beli masyarakat lagi nggak kuat. Tapi ternyata langsung habis," kata Slamet.
Senada dengan Slamet, Toradi yang juga menjual tahu dan tempe mengaku kehabisan stok. Tahu dan tempe hilang di pasaran beberapa hari kemarin.

"Nggak bisa bawa stok banyak baru-baru ini. Kan habis libur panjang, takutnya nggak laku. Sudah begitu kan harga mahal, takutnya kita yang rugi," ucap Toradi.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

3. Tahu dan Tempe 'Comeback' di Tukang Gorengan

Dengan kembalinya tahu dan tempe di pasar, para pedagang gorengan pun juga kembali menjual dua jenis makanan khas Indonesia tersebut. Ketika tahu dan tempe menghilang selama tiga hari kemarin, para pedagang gorengan juga tak menjualnya karena tak ada bahan baku.

"Sudah jual lagi. Tadi pagi belanja ada di pasar. Tapi ini baru mau digoreng," kata Sutara seorang tukang gorengan di kawasan Stasiun Gondangdia.

Sutara mengatakan, harga tahu dan tempe naik di pasar. Meski begitu, ia tak menaikkan harga jualnya. Namun, keuntungannya secara otomatis menipis. Apalagi, potongan tahu dan tempe yang ia jual tetap sama, artinya tak diperkecil. Meski begitu, menurutnya lebih baik untung sedikit daripada dagangannya tak laku.

"Ya sedikit saja. Untung sedikit nggak apa-apa. Takut nggak laku, kita kan lagi susah. Potongannya tetap sama. Cuma kan ini kurang untung, tapi bisa dari pisang, ubi atau yang lain. Kita dagang yang penting habis. Cuma untungnya beda," kata Sutara.

4. Pedagang Warung Nasi Putar Otak

Tak hanya tukang gorengan, para pedagang makanan di warung nasi atau Warung Tegal (Warteg) juga tak menjual menu tahu dan tempe selama 3 hari kemarin karena hilang di pasaran. Kini, para pedagang di warung-warung nasi sudah mulai kembali menjual tahu dan tempe.

Salah satunya adalah Darti, seorang pemilik warung nasi yang berlokasi di Kemayoran, Jakarta Pusat. Ia mengaku, baru hari ini dirinya kembali menyediakan tahu dan tempe di warungnya.

Ia mengatakan, harga tahu dan tempe yang ia beli di Pasar Sumur Batu sudah naik, sehingga mau tak mau ia menjual di warungnya dengan potongan yang diperkecil.

"Harganya standar, cuma ukurannya saya kecilkan, potong kecil. Lauk lain juga sama," tutur Darti.

5. Penyebab Harga Tahu dan Tempe Naik

Kenaikan harga tahu dan tempe dipicu oleh kenaikan harga kedelai di pasar global, dari semula Rp 6.100-6.500 per kilogram (kg), kini naik menjadi Rp 9.500/kg.

Para perajin/produsen tahu dan tempe pun menaikkan harga jual di antara 10-20%, setelah mogok produksi 3 hari kemarin.


Hide Ads