Harga kedelai yang diimpor melonjak ke level Rp 9.300-9.800 per kilogram (Kg), dari sebelumnya hanya di kisaran Rp 6.100-6.500/Kg. Kenaikan itu pun turut mengerek harga tahu dan tempe.
Menurut Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), harga tahu dan tempe di level perajin/produsen naik 10-20%. Dari semula rata-rata Rp 2.500-3.000 per potong, atau Rp 11.000/Kg di tingkat perajin tahu dan tempe, naik menjadi Rp 3.500-4.000 per potong atau Rp 14.000-15.000/Kg.
Namun ternyata, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengatakan, harga kedelai diprediksi masih akan terus naik sampai Mei 2021.
"Kedelai ini harganya akan menguat terus mungkin sampai akhir Mei 2021. Karena memang hasil daripada crop di tahun 2021 ini dinyatakan baik, dan Brasil akan kembali pada produksi mungkin lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Jadi kami melihat bahwa harga ini akan menguat terus sampai dengan akhir Mei," ungkap Lutfi dalam konferensi pers virtual, Senin (11/1/2021).
Baca juga: Petani Blak-blakan Alasan Ogah Tanam Kedelai |
Kenaikan harga kedelai sendiri disebabkan oleh persoalan ketersediaan dan permintaan. Khususnya ketersediaan, ada gangguan produksi di negara-negara produsen.Oleh sebab itu, Lutfi memprediksi harga kedelai akan kembali normal secara perlahan mulai Juni 2021, yang diiringi dengan peningkatan kapasitas produksi dunia.
Sebelum itu, ia memastikan pihaknya akan tetap memantau pergerakan harga kedelai, sehingga dapat menginformasikan berapa perkembangan harga tahu dan tempe yang wajar untuk dijual ke pasar.
"Mudah-mudahan Juni sudah mulai membaik. Dan selama harga, landed cost daripada kedelai masih di atas Rp 8.000/Kg, kami akan menjadi penengah antara perajin dan pasar untuk memberitahukan berapa harga tahu dan tempe yang wajar," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu dilakukan agar pasar bisa memahami bahwa kenaikan harga tahu dan tempe itu masih akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
"Mungkin tiap akhir bulan kami akan hitung berapa harga wajar tahu tempe supaya pasar bisa mengerti jika bulan depan harga akan naik Rp 100 misalnya untuk kedelai, harga tahu tempe tidak naik lebih dari Rp 100-200. Ini yang kami hitung, namanya burden sharing. Jadi importir tetap memastikan barang ada, perajin dipastikan tetap membuat, dan saya informasikan ke pasar karena memang harga tinggi ini akan terjadi. Namun sekali lagi, saat harga turun di bawah Rp 8.000/kg maka Kemendag mempersilakan kekuatan supply demand menjadi mekanisme pasar," imbuhnya.