Direktur Utama Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra buka-bukaan mengenai pesawatnya yang gagal mendarat di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Akhirnya, pesawat milik perusahaan pelat merah itu mendarat di Palembang Sumatera Selatan.
Dia menjelaskan langkah tersebut memang harus dilakukan oleh pihaknya karena cuaca untuk mendarat di Pontianak sedang tidak memungkinkan. Itu terjadi kemarin Rabu.
"Jadi, kasus kemarin yang terjadi adalah begitu mendekat ke bandara jarak pandang kurang, diputuskan divert (dialihkan pendaratan)," kata dia saat dihubungi detikcom, Kamis (14/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskannya, kendala pendaratan di Indonesia paling sering disebabkan hujan lebat, yang mana membuat jarak pandang pilot terbatas.
Garuda Indonesia membatasi jarak pandang minimal adalah 800 meter. Jika kurang dari itu maka pilot akan memutuskan divert, alias pendaratan pesawat bukan di tempat tujuan semula.
"Kan Garuda ini nomor satu di mana-mana buat kita itu adalah safety buat penumpang, nggak boleh ambil risiko-risiko yang membahayakan, karena aturan yang kita sepakati adalah 800 meter, begitu 800 meter nggak kelihatan mesti divert," sebutnya.
Irfan pun menjelaskan langsung diinformasikan ketika pilot Garuda Indonesia akan melakukan divert ke Palembang.
"Nah, itu begitu dapat informasi kan nggak bisa mendarat itu mesti divert. Jadi itu keputusan yang benar, keputusan yang menjadi kewenangan penuh pilot untuk divert. Nah, itu yang terjadi kemarin," tambahnya.