Bank Dunia Sebut Dampak COVID-19 Bisa Terasa Sampai 10 Tahun ke Depan

Bank Dunia Sebut Dampak COVID-19 Bisa Terasa Sampai 10 Tahun ke Depan

Vadhia Lidyana - detikFinance
Sabtu, 30 Jan 2021 18:45 WIB
Roda ekonomi ITC Cempaka Mas kembali bangkit setelah cukup lama berjuang menghadapi penurunan ekonomi saat pandemi COVID-19.
Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu mengatakan, dampak pandemi virus Corona (COVID-19) di dunia bisa terasa hingga 10 tahun ke depan. Hal itu bisa terjadi apabila komponen pertumbuhan ekonomi dunia, terutama investasi tidak menunjukkan pemulihan.

"Ini diperkirakan bisa berlangsung untuk 10 tahun kedepan jika kita tidak melakukan perubahan-perubahan dari sisi kebijakan, maupun tidak terjadi recovery dari investasi," ungkap Mari dalam webinar Forum Diskusi Salemba 46, Sabtu (30/1/2021).

Ia mengatakan, sebelum pandemi Corona pun kondisi investasi global sudah menunjukkan adanya penurunan. "Yang juga perlu dicatat adalah the collapse of investment yang terjadi sebelum pandemi pun itu sudah kelihatan," tutur Mari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, sejak adanya krisis keuangan global atau global financial crisis pada 2008 silam, pertumbuhan investasi dunia belum kembali pulih seperti sebelum adanya krisis itu. Ditambah lagi dengan pandemi COVID-19, maka kondisi investasi global semakin terpuruk.

"Very short fall per capita GDP dan investment itu sebenarnya sejak global financial crisis never recovered back to before global financial crisis. Dan kena pandemi collapse lagi," terang Mari.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, dalam laporan Global Economic Prospects 2021 yang dirilis Bank Dunia, kondisi investasi global pada tahun 2022 diramal belum akan pulih.

"Kelihatannya di 2022 pun terkecuali China prediksinya tdk akan ada recovery. Kalau kita ingin menggambarkan recovery atau growth, it cannot happen without investment. ini temuan yang sangat mengkhawatirkan dari segi forecast. Dan ini salah satu hal yang perlu menjadi perhatian bagi semua. Bagaimana kita pulihkan investasi? Ini jadi pertanyaan untuk semua negara," ujarnya.

Bank Dunia sendiri memprediksi ekonomi dunia tumbuh 4% di tahun 2021 ini. Namun, prediksinya akan lebih buruk jika pandemi Corona masih berlanjut.

"Gambaran forecast bisa lebih buruk jika risiko terhadap global outlook terjadi, dan tentu jika pandemi berlanjut. Sekarang banyak yang sangat concern dengan strain yang baru. Ada second wave, third wave, dan juga vaksin (COVID-19)," paparnya.

Selain itu, dampak dari utang yang diajukan berbagai negara atau perusahaan demi menghadapi pandemi Corona pun akan berlangsung lama. Bahkan, saat ini saja sudah ada negara yang menunjukkan kejenuhan atas utang.

"Berapa lama utang itu dipertahankan? Itu di level negara maupun perusahaan. Apakah akan terjadi masalah negara tidak bisa bayar utang? Dan dari ukuran debt stress ada beberapa negara yang sudah menunjukkan debt stress, dan lebih panjang krisisnya tentunya akan lebih besar kemungkinan debt overhang and debt crisis dari segi negara apalagi dari segi sektor finansial dan perusahaan," imbuh dia.

Kembali lagi pada penyebaran COVID-19 itu sendiri, menurut Bank Dunia dampak pandemi akan lebih lama jika vaksinasi Corona tak sesuai dengan target yakni 55% dari populasi dunia di akhir 2021, dan 70% di 2022.

"Faktor utama dari semua skenario dan proyeksi adalah seberapa cepat negara bisa melakukan vaksinasi terhadap populasinya secara global. Dan herd immunity 70%. Maka dari itu baseline yang merah itu menuju kepada 70%. Nah ini dengan asumsi di akhir 2021% kita sudah bisa mencapai 55% dari populasi sudah di vaksinasi, dan 2022 bisa menuju ke 70%. Ini yang jadi baseline," tutur Mari.

Apabila hingga akhir 2021 hanya 10% dari populasi dunia yang sudah divaksinasi, maka Bank Dunia melihat adanya potensi kontraksi ekonomi.

"Tetapi jika pada akhir 2021 hanya sekitar 10% dari populasi yang sudah divaksin maka ini yang akan mempengaruhi, even still contraction in 2021. This is big issue, vaksin," tandasnya.


Hide Ads