PT Hero Supermarket Tbk (HERO) kembali mengambil keputusan menutup gerai supermarket Giant. Kali ini giliran Giant yang berada di Margo City, Depok.
Giant Margo City saat ini tengah menjual habis stok dagangannya. Sebab mulai Maret 2021, Giant Margo City tutup permanen.
PT Hero Supermarket Tbk (HERO) selaku pemilik jaringan ritel Giant pun membenarkan kabar tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya seperti yang telah diumumkan sebelumnya," kata Head of Corporate & Consumer Affairs PT Hero Supermarket Tbk Diky Risbianto kepada detikcom, Selasa (2/2/2021).
Diky menjelaskan saat ini HERO tengah melakukan transformasi bisnis yang dimiliki untuk memastikan jaringannya dapat bersaing secara efektif dalam ritel makanan di Indonesia.
Namun, Diky menolak menjawab pertanyaan nasib gerai Giant di Margo City, Depok tersebut. Meskipun dia mengakui belakangan ini pasar ritel makanan di Indonesia sangat terpengaruh pandemi COVID-19.
"Faktor-faktor ini juga telah berkontribusi pada perubahan perilaku belanja pelanggan," tuturnya.
Pihaknya berharap situasi pandemi COVID-19 yang telah berdampak ke sektor ekonomi bisa segera membaik. Di sisi lain perusahaan juga mencoba bertahan dengan mengembangkan strategi jangka panjang untuk membangun bisnis yang lebih kuat dan berkelanjutan.
"Ini berarti kami saat ini telah memutuskan untuk melakukan penutupan toko dengan format hypemarket kami di format Mall, yakni Giant Margo City," tutupnya.
Di sepanjang 2019, HERO juga sudah menutup 7 gerai Giant. Baca di halaman berikutnya.
Saksikan juga video 'Gerai Giant Tutup':
Sepanjang 2019, supermarket Giant yang dikelola PT Hero Supermarket Tbk (HERO) telah menutup 7 gerainya. Di akhir Juli 2019, Hero resmi menutup 6 gerai Giant. Lalu, di pertengahan September 2019, menyusul lagi 1 gerai Giant yang ikut tutup.
Perusahaan yang melantai di pasar modal sejak 1989 ini memang memiliki beberapa jaringan ritel besar, seperti Apotek Guardian, serta bekerja sama dengan perusahaan asal Swedia untuk mengembangkan IKEA. Namun Giant merupakan salah satu jaringan supermarket andalan perusahaan.
Jika melihat ke belakang, kinerja HERO terbilang buruk. Perusahaan sudah mengalami kerugian sejak 2 tahun yang lalu.
Pada 2017 HERO tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 191 miliar. Kondisi ini berbanding terbalik dengan 2016 yang pada saat itu perseroan mampu membukukan laba bersih Rp 121 miliar. Presiden Direktur HERO Stephane Deutsch saat itu mengatakan kinerja buruk ini lantaran kinerja bisnis makanan yang menurun. Hal itu membuat penjualan HERO tercatat turun 5% dari Rp 13,6 triliun menjadi Rp 13 triliun.
Fenomena tutupnya gerai-gerai Giant itu diwarnai beberapa cerita, seperti diskon besar-besaran, kehebohan masyarakat dalam memborong produk obralan Giant, nasib karyawan, bahkan kabar investasi besar-besaran yang dilakukan Hero usai menutup sederet gerai Giant.
(das/eds)