Syahrul mengatakan panen tidak gagal di food estate yang ada di Kalimantan Tengah. Bahkan menurutnya sebetulnya panen pun baru dimulai minggu ini, untuk menentukan gagal atau tidak belum bisa disimpulkan.
Memang ada 1-2 hektare hasil garapan yang bermasalah, namun kalau dilihat total garapan ada 30 ribu hektare. Kegagalan itu tidak banyak menurutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari 30 ribu hektare kami berhasil kok, memang ada 1-2 hektare bersoal, air naik, ditimpa hujan, air tinggi dia rebah. Tapi ya ini cuma 1-2 hektare, Bagaimana gagal, ini panen baru mulai minggu ini di Pulang Pisau," ujar Syahrul.
Dia menilai, lumbung pangan tetap harus dilakukan demi menambah cadangan pangan nasional. "Kita ini butuh tambahan dari yang ada di sana, ini karena kekhawatiran FAO. Ini jadi jawaban, sehingga cadangan ini mesti dilakukan," ujarnya.
Dia meminta anggota dewan untuk bersabar menanti hasil dari food estate. Menurutnya, memang tak mudah untuk menggarap tanah di Kalimantan Tengah.
Kebanyakan tanah di sana bentuknya masih rawa-rawa yang cukup dalam, belum lagi kadar PH alias asamnya cukup tinggi. Maka butuh waktu lebih untuk menggarapnya.
"Food estate ini memang tidak seperti di Aceh di Jawa kondisinya bapak, di sana itu rawa 1,5 meter dalamnya, 50 centimeter paling sedikit airnya. PH-nya itu kalau dihitung asamnya tinggi banget. Kalau kasih turun traktor roda 4 di sana tenggelam," ujar Syahrul.
(hal/eds)