Faisal Basri Sebut PPnBm Mobil Tak Efektif, Stafsus Sri Mulyani Buka Suara

Faisal Basri Sebut PPnBm Mobil Tak Efektif, Stafsus Sri Mulyani Buka Suara

Vadhia Lidyana - detikFinance
Kamis, 18 Feb 2021 10:19 WIB
thumbnail drooftalk mobil murah harga corona
Foto: 20Detik
Jakarta -

Ekonom senior Faisal Basri menilai kebijakan pemerintah yang akan memberikan insentif tarif PPnBM untuk mobil segmen ≀ 1.500 cc kategori sedan dan 4x2 tak akan efektif dongkrak penjualan mobil.

Ia mengatakan, mobil yang merupakan produk buatan industri otomotif sangat bergantung dengan mobilitas. Oleh sebab itu, selama pandemi virus Corona (COVID-19) belum usai yang menyebabkan mobilitas turun, maka pembebasan PPnBm agar mobil lebih murah tak akan efektif mendongkrak penjualan.

"Dan saya duga tidak akan efektif, karena penjualan otomotif sangat dipengaruhi oleh mobilitas. Ini industri yang terkait dengan mobilitas. Sepanjang pandemi masih ada, kebijakan apapun tidak akan nendang," kata Faisal dalam dalam live d'Rooftalk edisi 'Mobil Murah Harga Corona', Rabu (17/2/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, pandemi ini akan membuat masyarakat kelas menengah ke atas menahan konsumsi, apalagi hingga saat ini belum diketahui kapan pandemi usai. Dengan begitu, masyarakat akan berpikir ulang untuk membeli mobil.

"Sepanjang pandemi tidak bisa kita atasi, kebijakan apapun akan tumpul. Kelas menengah yang tadinya mau beli mobil, tidak jadi. Mereka akan menaruh uangnya di bank karena mereka tidak merasa pasti kapan ini berakhirnya," jelas Faisal.

ADVERTISEMENT

Menjawab hal itu, Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengakui mobilitas masyarakat masih rendah selama pandemi belum usai. Namun, menurutnya dengan insentif masih ada peluang mendongkrak penjualan mobil untuk memulihkan industri otomotif. Meskipun setelah masyarakat membeli mobil, penggunaannya belum optimal.

"Terkait dengan efektivitas tentu masih harus ditunggu. Kita berharap tentunya penentunya adalah penanganan COVID-19. Selama penanganan COVID-19 belum efektif, ya memang mobilitas rendah. Orang tidak beli mobil. Kalaupun nanti ada fasilitas ini, akan membeli dan mungkin penggunaannya tidak optimal," ucap Yustinus.

Di sisi lain, menurutnya kebijakan ini pun akan terus dievaluasi pemerintah setiap 3 bulan. "Dan ini juga 3 bulan akan kami evaluasi kalau memang tidak efektif ya dengan Gaikindo, skema lain yang kira-kira bisa mendukung industri otomotif seperti apa," urainya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi menegaskan, pihaknya optimistis kebijakan ini akan meningkatkan sedikit penjualan mobil. Ia menyebutkan, pada tahun 2020 angka penjualan mobil baru hanya sebesar 530 ribu unit dari kapasitas 2,4 juta unit.

Dengan pembebasan PPnBm di bulan Maret-Mei mendatang, dan diskon PPnBm di bulan-bulan berikutnya, ia menargetkan penjualan mobil mencapai 750 ribu unit tahun ini. Artinya, ia menargetkan ada peningkatan 41% dibandingkan tahun 2020.

"Pemerintah menargetkan naik dari 52.000 menjadi 65.000 unit rasa-rasanya masih masuk akal. Saya targetkan penjualan tahun ini 750.000. Kalau dibagi 12 bulan, 65.000 unit per bulan masih cukup bagus walaupun kita masih terseok-seok. Tapi paling tidak para investor masih yakin bahwa industri otomotif Indonesia masih bisa kembali pulih dalam waktu singkat," tutup Yohannes.




(vdl/ang)

Hide Ads