Ada Ancaman Lebih Besar Daripada #SellerAsingBunuhUMKM, Apa Itu?

Ada Ancaman Lebih Besar Daripada #SellerAsingBunuhUMKM, Apa Itu?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 19 Feb 2021 14:12 WIB
Ilustrasi belanja online
Ilustrasi/Foto: Shutterstock
Jakarta -

Beberapa hari lalu sempat ramai tagar #SellerAsingBunuhUMKM di media sosial Twitter. Di balik ramainya tagar itu, ternyata ada nama yang terseret yakni Mr. Hu yang disebut sosok penjual dari China yang mengancam keberlangsungan UMKM Indonesia. Sosok itu disebut menjual barang-barang keperluan sehari-hari dengan harga yang sangat murah daripada produk UMKM lokal.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingratubun mengatakan, pada faktanya produk-produk asing di e-commerce cross border memang membunuh UMKM.

"Itu membunuh UMKM ya benar, memang terancam UMKM Indonesia," kata Ikhsan kepada detikcom, Jumat (19/2/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ikhsan mengatakan, bebasnya produk asing masuk ke Indonesia karena banyaknya perjanjian dagang yang membuat Indonesia menjadi pasar yang sangat menggiurkan untuk seller asing.

"Jadi lihat ini adalah buah dari pasar kita terbuka, karena Indonesia telah menandatangani AFTA (ASEAN Free Trade Area), MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), ya otomatis Indonesia sebagai didikan pasar, karena dia paling besar di Asia Tenggara," urainya.

ADVERTISEMENT

Ditambah lagi dengan maraknya penggunaan e-commerce dari luar negeri, sehingga semakin membuka jalan seller asing menjual produknya ke Indonesia.

"Shopee itu kan dari Singapura, menjual produk-produk china. Jangankan Shopee, ada juga marketplace lain menjual produk-produk China, jadi bukan hanya Shopee. Mr Hu itu setiap pengiriman dia yang mengirim kan?" kata Ikhsan.

Namun, menurut Ikhsan masih ada ancaman besar bagi UMKM Indonesia, yakni ditandatanganinya perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang melibatkan 10 negara Asia Tenggara serta Korea Selatan, China, Jepang, Australia dan Selandia Baru. Menurut Ikhsan, UMKM Indonesia belum mampu menjadi pemain di blok dagang raksasa itu.

"Nggak bisa, itu ancaman semuanya. Indonesia belum mampu, UMKM belum mampu. Kalau AFTA sudah dibuka, RCEP mau dibuka, apalagi ada China-nya" tegas dia.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Simak juga Video: Pelaku UMKM dan Musisi di Parepare Demo Tolak PPKM

[Gambas:Video 20detik]



Ikhsan mengatakan, UMKM Indonesia perlu didukung dengan kehadiran pasar yang lebih jelas. Cara menghadirkannya yang pertama dengan membuat e-commerce yang hanya memasarkan produk UMKM Indonesia.

"Nah tapi pemerintah yang punya, dikontrol pemerintah, data konsolidasi oleh pemerintah, pemanfaatan aset-aset pemerintah, dan seterusnya. Ini sudah kita teruskan. Akumindo sudah mengusulkan, dan kita mampu membuat aplikasi itu. Jadi semua produk UMKM Indonesia ada di situ, tidak tercampur dengan produk-produk China," urainya.

Kedua, pemerintah menyerap produk UMKM secara merata, tak hanya di satu atau dua sektor saja. Dalam hal ini, ia menilai kebijakan pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM yang menggelontorkan anggaran Rp 321 triliun untuk menyerap produk UMKM harus diimplementasikan secara merata.

"Maksudnya UMKM apa? UMKM kan banyak. Ya harusnya dijelaskan, misalnya mau beli dari sektor farmasi, ada minyak kayu putih, dan seterusnya. Terus sektor pendidikan, mau beli meja, bangku, dan seterusnya. Itu untuk produk UMKM saja. Sekarang hanya secara umum produk UMKM, kan orang bingung produk UMKM apa nih? Paling kena-kenanya tau nggak? Kue untuk seminar apa, paling itu saja, nggak ada bedanya dari dulu. Kue-kue untuk rapat, jadi kebagiannya itu saja," papar Ikhsan.

Ia juga meminta pemerintah khususnya Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) yang mencatat transaksi penyerapan pemerintah terhadap produk UMKM untuk membuat aturan yang lebih sederhana bagi UMKM.

"Pemerintah harus mampu menyerap produk-produk UMKM Indo. Tidak lagi menggunakan LKPP, yang bikin tiarap kita kan LKPP yang menggunakan e-catalogue," pungkasnya.


Hide Ads