Gabungan kelompok tani (Gapoktan) seringkali digunakan oleh anggota petaninya untuk saling berbagi, mulai dari hulu atau proses produksi sampai ke hilir atau pemasaran hasil panen. Selain itu, diperlukan manajemen yang baik agar fungsi gapoktan bisa bermanfaat buat anggotanya.
Manajemen yang dilakukan Gapoktan Regge Generation dari Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung ini bisa menjadi contoh. Gapoktan ini menyisihkan uang dari nota pasar yang disetor petani setiap harinya untuk dijadikan uang kas.
Menurut Ketua Gapoktan Regge Generation, Dede Koswara, uang kas itu disimpan sebagai penstabil jika salah satu harga komoditas yang dijual petani sedang turun di pasar atau tidak laku. Namun ia menekankan diperlukan keterbukaan antara beci (pengepul) dan para petani.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sini sama beci tuh ada keterbukaan, kaya nota dari pasar segini, beci (kasih) ke petani juga segini. Kita ada kas, ada lebih dari pasar yang lain kita nyisihkan Rp 100 per kg, tapi bukan nota dari petani dipotong. Apabila ada harga anjlok ini bisa penyetabil, supaya nota nggak kalah sama pasar lain," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
![]() |
Dede bercerita uang kas yang dikumpulkan sejak tahun 2017 tersebut terus bertambah, sampai akhirnya anggota gapoktan berunding dan memutuskan menggunakannya untuk jalan-jalan. Dari uang kas tersebut, Gapoktan Regge Generation juga bahkan pernah menggelar bakti sosial berupa sunatan masal dan qurban.
"Dari 2017 kita nyimpen kas terus, harga stabil terus, akhirnya sama tim ditanya, ada uang kas mau dipake apa? Kita rundingan sama tim ya sudah kita pakai piknik. Tahun 2018 kita bisa piknik 4 bis ke Pangandaran, 2019 kemarin tuh ada kas lagi bisa 10 bis berangkat," ujarnya.
"(Lalu tahun) 2020 kita sama tim dibilangin jangan piknik mulu, alhamdulillah kita kemarin tahun 2020 menggelar sunatan massal 22 orang dan qurban 2 ekor sapi," imbuhnya.
Menurut Dede, acara tersebut harus rutin digelar demi kesejahteraan anggota petani. Sebab harus ada timbal balik ke anggota gapoktan yang berisi 2.100 orang tersebut.
"Prinsipnya saya nggak mau ambil keuntungan pribadi, jadi ada sebagian yang harus kita keluarkan ke tim, ke petani, sebagian ada wajib dikeluarkan, saya udah tahunan, tiap akhir tahun. Nggak ditekan sama beci, inisiatif saya buat kurang pas kalau petani ngambil untung terus, kita ga ada timbal balik ke tani, makanya tiap tahunan harus ada acara," ujarnya.
Sebagai informasi, Gapoktan Regge Generation yang mengelola lahan kurang lebih 350 hektare ini bisa memproduksi dan mengirim 40 hingga 65 ton sayuran hortikultura (kol, tomat, dan didominasi labu) ke pasar induk yang ada di Bandung, Tangerang, Bogor, hingga Cirebon.
![]() |
Dari produksi komoditas hortikultura tersebut, terutama labu, Gapoktan Regge Generation masuk dalam program inkubator bisnis milik Bank BRI. Saat ini Desa Cukanggenteng bahkan dikembangkan menjadi agrowisata kampung labu acar di Kabupaten Bandung.
Gapoktan Regge Generation juga mendapatkan berbagai bantuan dari Bank BRI, seperti mesin cultivator, timbangan digital, tray, mesin sachen, dan sprayer. Gapoktan ini juga mendapatkan bantuan modal demplot atau greenhouse untuk pengembangan komoditas lain, yaitu paprika.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(ega/ara)