Kulit jeruk Bali memiliki rasa yang pahit. Biasanya bagian ini dibuang karena tak bisa dikonsumsi. Namun, siapa sangka dengan pengolahan yang benar, kulit jeruk Bali tersebut bisa menjadi manisan yang enak dan bahkan bisa menjadi peluang untuk berbisnis.
Peluang itu ditangkap Hj. Elin Ratna Asmara (67), pemilik bisnis Kalua Jeruk dari Ciwidey, Kabupaten Bandung. Ia merupakan cucu pelopor dan pembuat pertama Kalua Jeruk di Ciwidey. Saat itu banyak orang yang tak menyangka kalau kulit jeruk bali bisa dibuat manisan.
"Seingat ibu, pas kecil rumahnya ibu kan di (Kota) Bandung, suka kala liburan ke sini (Ciwidey). Cuma nenek ibu yang bikin (Kalua Jeruk ini), di tempat lain nggak ada. Terus dijualnya di tempayan, waktu itu masih ada stasiun kereta api, terminal bis. Mungkin tahun 1930-an, sebelum merdeka lah," ujarnya kepada detikcom beberapa waktu lalu.
Ia menyadari bahwa Ciwidey merupakan jalur pariwisata yang ramai dikunjungi wisatawan dan manisan Kalua Jeruk bisa jadi bisnis oleh-oleh yang menggiurkan. Makanya saat suaminya sudah pensiun sekitar tahun 1989, keduanya pindah ke Ciwidey dan mulai membuat bisnis ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pas (pindah tinggal) ke sini, ini kan daerah pariwisata, kayanya ini bagus buat oleh-oleh orang pendatang dari luar kota. (Waktu itu ada) orang lain ada yang jualan, tetangga lah, kecil tapi," ujarnya.
Dari situlah ia dan suaminya menekuni usaha Kalua Jeruk ini. Ia menjelaskan untuk membuat Kalua Jeruk, dibutuhkan kulit Jeruk Bali yang masih muda dan tebal. Lalu kulit tersebut dipotong menjadi empat dan dikeluarkan bijinya. Adapun kulit Jeruk Bali ini kebanyakan didapatkan dari luar Kota Bandung.
"Jeruk bali dipotong empat, dikeluarkan bijinya, terus dikupas kulit hijaunya. Tinggal yang putihnya kan dipotong-potong dibentuk. Sudah gitu, satu malam direndam pakai kapur sirih. Besoknya dicuci kapur sirihnya, jadi kuning kan jeruknya," ujarnya.
"Sudah gitu direbus sampai empuk. Sudah direbus, dicuci lagi dikeluarkan pahitnya. Sudah pahitnya hilang, baru dimasak pakai gula," imbuhnya.
![]() |
Kalua Jeruk yang baru dimasak tersebut, lanjut Hj Elin, dapat bertahan selama satu minggu. Namun dengan catatan tidak ditutup rapat dalam plastik atau wadah karena Kalua Jeruk butuh udara yang masuk.
Kalua Jeruk buatan Hj Elin laku keras di akhir pekan atau musim liburan saat banyak wisatawan datang ke Ciwidey. Kebanyakan Kalua Jeruk miliknya justru diborong oleh pendatang tersebut. Ia juga mengklaim sudah banyak turis luar negeri yang sudah membeli dan menjajal Kalua Jeruk buatannya itu.
Kalua Jeruk buatan Hj Elin masih dibuat dalam skala home industry. Makanya saat ditanya tentang potensi ekspor, ia menyadari masih kesulitan dari segi bahan baku, meskipun ia seringkali mengikuti berbagai pameran dengan produknya tersebut. Sebab biasanya Jeruk Bali banyak tersedia di musim hujan seperti saat ini, tetapi sulit di musim kering.
Saat ini, Hj Elin mengelola 3 toko Kalua Jeruk yang berjejeran di depan rumah yang cukup dekat dengan Alun-Alun Ciwidey. Namun, ia juga mengakui saat ini sudah banyak warga Ciwidey yang bisa membuat dan menjual Kalua Jeruk seperti dirinya.
![]() |
"Kebanyakan yang belanja Sabtu dan Minggu, pasti penuh banget (di toko ini). Yang sering borong mah orang Jakarta. Terus biasanya (dibeli) buat paket dikirim ke kantor anu misalnya. Dulu mah pernah ada tamu dari (kantor) BPN, PU ngeborong, terus nanya kulit jeruk kok manis, aneh, tapi enak," ujarnya.
Langsung klik halaman berikutnya
Simak Video "Dari Rancabali sampai Pengalengan, untuk Kopi dan Strawberry."
[Gambas:Video 20detik]