Pandemi turut menghantam industri pengolah ikan. Bahkan sampai ada yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengurangan produksi. Salah satu yang mengalami nasib tersebut adalah UMKM Kelompok Aroma Jaya.
Beruntungnya, UMKM tersebut berhasil bangkit setelah menerima bantuan cold storage atau gudang beku berkapasitas 30 ton dari Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Ditjen Penguatan Daya Saing Produk kelautan dan Perikanan (PDSPKP).
Bahkan, kelompok UMKM pengolahan ikan asin dan pemindangan yang berlokasi di Kabupaten Subang tersebut, kini mampu menjaga kesegaran mutu ikan, baik masih berupa bahan baku maupun hasil olahan menjadi lebih bagus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketersediaan bahan baku bisa disimpan dan tidak terpengaruh oleh musim termasuk ada pandemi atau tidak," kata Ketua Kelompok Aroma Jaya, Carman Bin Iksan dikutip Minggu (28/2/2021).
Carman menjelaskan bantuan gudang beku juga berdampak pada peningkatan produksi. Mereka juga menjadi lebih percaya diri memanfaatkan peluang karena pasarnya yang kian terbuka. Selain itu, konsistensi dan keberlanjutan usaha pun kini lebih terjamin.
"Pelaku usaha perikanan mulai dari para nelayan, kelompok pemasar, pengolah ikan, pemilik moda transportasi dan konsumen lainnya yang terlibat dalam rantai bisnis ini lebih terjamin mendapatkan manfaat karena meningkatnya kelancaran bisnis pengolahan setelah mendapatkan bantuan Gudang beku," ujarnya.
Carman menyontohkan, harga ikan kapasan yang semula Rp 34 ribu/kg, kini menjadi Rp36 ribu/kg. Hal yang sama terjadi pada ikan japuh yang semula Rp 18 ribu/kg, ikan tembang Rp 17 ribu/kg dan ikan layang Rp 24 ribu/kg, kini masing-masing menjadi Rp 20 ribu/kg, Rp 19 ribu/kg dan Rp 27 ribu/kg.
"Harganya jadi bagus karena mutu dan kualitasnya terjaga, ikan juga tidak rusak setelah kita simpan di gudang beku, dan jarak pembeli ke lokasi gudang beku semakin dekat," sambungnya.
Terkait bantuan cold storage portable ini, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan, bantuan itu merupakan bagian dari stimulus penanggulangan dampak ekonomi COVID-19. Itu diberikan untuk menghindari penurunan kualitas atau mutu dan harga ikan yang drastis di tingkat nelayan atau pembudidaya.
"Tujuannya untuk menjamin tersedianya pasokan bahan baku bagi UMKM pengolahan ikan sekaligus konsumsi ikan," terang Trenggono.
Melalui sarana penyimpanan beku itu, Trenggono berharap bisa dimanfaatkan untuk menyimpan kelebihan produksi saat musim puncak, sekaligus menjaga harga agar tetap stabil di tingkat nelayan serta dapat menjamin ketersediaan ikan pada saat musim paceklik dengan harga yang terkendali.
"Dengan demikian diharapkan dapat menguatkan dan meningkatkan peranan UMKM sektor kelautan dan perikanan sekaligus membangun rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan ke depan," sambung Trenggono.
Dirjen PDSPKP Artati Widiarti mengapresiasi kerja keras Kelompok Aroma Jaya. Dia berharap bantuan yang diberikan menjadi stimulus dan penggerak ekonomi masyarakat setempat.
Apalagi kelompok tersebut memiliki usaha dibidang pengolahan dan pemasaran ikan asin dengan produksi 2-3 ton/hari saat musim ikan dan 4-5 ton/hari saat musim ikan.
Produk olahan ikan dikemas dalam dus dan dijual rata-rata 5 kwintal/hari untuk tujuan pasar lokal sekitar Pamanukan, Subang, Purwakarta, Cikampek, dan 2 kali seminggu dikirimkan untuk agen pedagang grosir dan eceran di Bandung, Bogor, Cianjur, Garut, dengan varian minimal 2-3 jenis olahan per pengiriman.
Artati mengaku prihatin, sebelumnya dia mendengar laporan bahwa kesegaran bahan baku dan hasil olahan Kelompok Aroma Jaya tidak bisa bertahan lama, hanya 3 hingga 4 hari. Akibatnya produksi tidak bisa dimaksimalkan serta sering mengalami kerugian kerusakan produk karena tidak segera terjual.
Sebagai informasi, Kelompok Aroma Jaya Blanakan memiliki 10 orang anggota, adapun dalam proses pengolahan ikan, kelompok ini memiliki 6 orang tenaga kerja tetap yang melakukan proses penjemuran dan penggaraman, serta 20-30 orang tenaga harian lepas yang melakukan proses penyiangan.
Sedangkan jumlah tenaga kerja dalam mengoperasionalkan gudang beku sebanyak 12 orang terdiri dari manager sebanyak 1 orang, teknisi sebanyak 2 orang, dan tenaga bongkar muat sebanyak 3 orang. Penerima manfaat langsung dari gudang beku sebanyak 50 orang yang merupakan anggota kelompok, para pengolah yang bermitra dengan kelompok, pembeli pedagang grosir produk kurang lebih 30 orang yang utamanya berasal dari masyarakat sekitar di Subang.
(toy/dna)