Setahun Terjangkit Corona, RI Masih Terjerembab di Jurang Resesi

Setahun Terjangkit Corona, RI Masih Terjerembab di Jurang Resesi

Soraya Novika - detikFinance
Selasa, 02 Mar 2021 07:30 WIB
Poster
Ilustrasi/Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Genap setahun pandemi COVID-19 menyerang, Indonesia masih belum keluar dari jurang resesi. Setelah setahun terinfeksi wabah tersebut, total kasus positif COVID-19 di Indonesia mencapai sekitar 1,3 juta kasus dan mengakibatkan sekitar 36 ribu orang meninggal dunia.

Lalu, bagaimana dengan kondisi ekonomi RI setelah setahun diinfeksi COVID-19?

Menurut para ekonom, Indonesia tampaknya masih sulit keluar dari jurang resesi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dengan masih rendahnya aktivitas ekonomi, tekanan pada daya beli masyarakat, penurunan kembali PMI manufaktur dari 52,2 pada Januari 2021 menjadi 50,9 di bulan Februari 2021, maka Indonesia sepertinya masih akan mengalami resesi ekonomi yang berkepanjangan," ujar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira kepada detikcom, Selasa (2/3/2021).

Sebagaimana diketahui, sejak diserang COVID-19, ekonomi RI terus-terusan berada di zona negatif. Di kuartal II-2020, ekonomi RI langsung jeblok hingga -5,32%, di kuartal III-2020 mulai terjadi perbaikan menjadi -3,49% tapi masih berada di zona negatif, di kuartal IV-2020 pun demikian meski membaik menjadi -2,19% tapi tetap saja belum berhasil mencatatkan pertumbuhan yang positif.

ADVERTISEMENT

Realisasi itu menunjukkan bahwa RI belum mampu keluar dari jurang resesi.

Hal ini terjadi, karena pergerakan manusia belum kembali seperti sebelum adanya pandemi COVID-19.

"Masing-masing mobilitas penduduk ke pusat perbelanjaan turun -23%, ke perkantoran turun -29%. Terbatasnya pergerakan penduduk membuat sektor retail terpukul, industri manufaktur lakukan PHK massal dan jasa transportasi serta pariwisata alami resesi berkepanjangan," tuturnya.

Saksikan video 'Blak-blakan Sri Mulyani Agar Ekonomi Tidak Rusak Permanen':

[Gambas:Video 20detik]



Hal serupa disampaikan oleh Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet. Tak hanya terjebak di jurang resesi, pandemi juga membuat ekonomi RI jatuh ke level pertumbuhan terendah sejak 20 tahun terakhir.

"Sepanjang tahun 2020 kemarin, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi hingga -2%, ini merupakan pertumbuhan terendah dalam setidaknya 20 tahun terakhir," katanya.

Tak berhenti di situ, wabah ini juga membuat jumlah pengangguran di Indonesia semakin membludak.

"Terbatas aktivitas perekonomian akhirnya berdampak pada isu sosial-ekonomi lainnya, jumlah pengangguran pada Agustus misalnya mencapai 9,7 juta orang atau bertambah 2,67 juta orang dibandingkan tahun 2019," katanya.

Oleh karena, pengangguran meningkat akhirnya pendapatan masyarakat juga berkurang dan ini yang kemudian berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin.

"Jumlah penduduk miskin pada September 2020 sebesar 27,55 juta orang, meningkat 1,13 juta orang terhadap Maret 2020 dan meningkat 2,76 juta orang terhadap September 2019," sambungnya.

Akhirnya, cita-cita Indonesia untuk menjadi negara maju di tahun 2045 tampaknya bisa tertunda.

"Dampaknya bisa beragam terhadap perekonomian, salah satu misalnya target menjadi negara maju (keluar dari middle income trap) menjadi semakin menantang, karena dibutuhkan pertumbuhan ekonomi dengan rata-rata 7-8% dalam 10 hingga 20 tahun ke depan," timpalnya.


Hide Ads