Warren Buffett Peringatkan Kondisi Pasar Obligasi AS Seperti Krisis 1981

Warren Buffett Peringatkan Kondisi Pasar Obligasi AS Seperti Krisis 1981

Aulia Damayanti - detikFinance
Rabu, 03 Mar 2021 12:11 WIB
Warren Buffett memiliki standar kecerdasan bisnis legendaris. Reputasinya di dunia investasi dan bisnis membuat kekayaannya membengkak lebih dari US$ 80 miliar.
Foto: Istimewa/J. Kempin/Getty Images via CNN.
Jakarta -

Investor legendaris, Warren Buffett memperingatkan investor obligasi soal risiko yang akan terjadi pada pasar obligasi Amerika Serikat (AS). Dia mengungkap imbal hasil obligasi telah anjlok 94% sejak September 1981.

Dikutip dari CNN, Rabu (3/3/2021) rendahnya imbal hasil obligasi pemerintah AS disebabkan oleh beberapa alasan. Salah satunya, suku bunga yang ditetapkan di bawah nol oleh bank sentral. Harapannya mendorong bank untuk memberikan pinjaman yang diharapkan juga untuk memulihkan ekonomi dari pandemi.

Namun, itu telah mendorong imbal hasil obligasi pemerintah ke tingkat yang sangat rendah, menghapus keuntungan bagi investor seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi seperti perusahaan milik Buffet, Berkshire Hathaway.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa pekan terakhir imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat. Hal itu pun menambah harapan untuk pemulihan ekonomi yang juga akan didukung adanya vaksinasi dan stimulus pemerintah.

Namun, menurut Warren Buffett imbal hasil masih rendah dari standar historis dan itu memiliki banyak risiko. Dia pun mencerminkan situasi saat INI sama seperti krisis simpan pinjam pada 1981. Ketika inflasi dan suku bunga naik secara dramatis, menghapus ribuan pemberi pinjaman hipotek kecil.

ADVERTISEMENT

"Pinjaman berisiko, bagaimanapun, bukanlah jawaban untuk suku bunga yang tidak memadai. Tiga dekade lalu, industri simpan pinjam yang pernah perkasa menghancurkan dirinya sendiri," jelasnya

Orang yang disebut Oracle of Omaha itu memperkirakan imbal hasil rendah akan bertahan untuk beberapa waktu. Beberapa investor khawatir harga akan melonjak akhir tahun ini ketika pemulihan terjadi dan mendorong The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih cepat.

Menurut Neil Shearing dari Capital Economics, masih ada dua alasan mengapa The Fed tidak mungkin menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Pertama adalah peralihan bank sentral untuk menargetkan inflasi rata-rata 2% dari waktu ke waktu, memungkinkan lebih banyak fleksibilitas. Kedua adalah The Fed memiliki mandat ganda untuk mengejar pekerjaan penuh serta stabilitas harga.

Simak juga Video: Biden Berharap AS Kembali Normal Tahun Depan

[Gambas:Video 20detik]



(fdl/fdl)

Hide Ads