Jakarta -
Pandemi COVID-19 yang telah berjalan setahun belakangan ini memberikan dampak multi dimensi bagi kehidupan masyarakat. Hal itu terlihat di sektor ekonomi, sosial dan tentunya kesehatan. Situasi ini membuat tatanan kehidupan masyarakat berubah.
Kondisi yang tidak biasa ini juga berdampak pada aktivitas perikanan budi daya di Indonesia. Hasil produksi menurun termasuk nilai yang dihasilkan. Pembatasan sosial hingga tidak beroperasinya rumah makan dan pusat kuliner menjadi penyebab produktivitas dan penyerapan hasil sejumlah komoditas perikanan budi daya tidak berjalan maksimal.
Berdasarkan rekapan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya dan Aplikasi Satu Data KKP, jumlah produksi perikanan budidaya tahun 2020 sebanyak 15,5 juta ton termasuk di dalamnya komoditas rumput laut. Angka ini mengalami penurunan sekitar 900 ribuan ton dari tahun sebelumnya. Begitupun dengan nilai ekonomi yang dihasilkan ikut menurun menjadi Rp 155,9 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi ini tentunya menjadi perhatian serius bagi saya sebagai nakhoda di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Apalagi, saya telah menetapkan perikanan budi daya sebagai salah satu program terobosan hingga 2024 nanti agar menjadi mesin ekonomi baru sektor kelautan dan perikanan.
Produktivitas perikanan budi daya tentunya harus ditingkatkan untuk mencapai target besar ini. Untuk itu, saya akan menggerakkan perikanan budi daya yang didukung oleh hasil riset sebagai upaya menjaga keberlanjutan dan membangun kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal.
Komoditas Unggulan
Berdasarkan review produktivitas ekspor perikanan di tahun-tahun sebelumnya, setidaknya ada tiga komoditas budi daya yang berpeluang ditingkatkan produktivitasnya di pasar global. Ketiganya adalah udang, rumput laut, dan lobster.
Nilai permintaan pasar dunia untuk tiga komoditas ini mencapai US$ 32,05 miliar atau 19,69% dari total nilai perdagangan pasar ikan dunia sebesar US$ 162,75 miliar pada tahun 2019.
Merujuk pada data, tahun lalu Indonesia menempati posisi negara produsen udang budi daya terbesar kelima di dunia dengan jumlah produksi hampir 1 juta ton. Dari jumlah tersebut, Indonesia berkontribusi sebesar 7,15% (239,22 ribu ton) dari total kebutuhan pasar udang dunia sebesar 3,342 juta ton. Dalam meningkatkan produksi udang nasional pada tahun 2024, Indonesia menargetkan produksi udang sebesar 2 juta ton pada tahun 2024.
Sedangkan untuk pemenuhan pasar lobster tropis dunia tahun 2020, Indonesia baru berkontribusi sebesar 2.022 ton (4,21%) dari total kebutuhan 51.042 ton. Indonesia menargetkan produksi lobster dari kegiatan budidaya dapat mencapai 22.655 ton pada tahun 2024 yang seluruhnya diorientasikan untuk ekspor. Saya yakin Indonesia berpotensi menguasai pasar lobster dunia, mengingat potensi Benih Bening Lobster (BBL) yang sangat melimpah.
Komoditas lainnya yang bisa menjadi andalan adalah rumput laut. Komoditas ini secara kuantitas produksi terus mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2020, kontribusi Indonesia dalam perdagangan rumput laut dunia baru sebesar 195.574 ton atau 24,21% dari total kebutuhan dunia sebesar 807.676 ton. Dari sisi nilai, baru sebesar 9,57% dari nilai total perdagangan rumput laut dunia sebesar US$ 2,92 miliar.
Ini menunjukkan bahwa rumput laut Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia masih berupa rumput laut kering, belum banyak diolah dan diperdagangkan dalam bentuk produk turunan. Dengan semua potensi ini, di tahun 2024 Indonesia menargetkan produksi rumput laut basah sebesar 12,45 juta ton.
Selain itu, ada komoditas lain yang juga diminati dunia. Cek halaman berikutnya.
Selain tiga ini, ada komoditas lain yang juga diminati pasar perikanan dunia. Adalah rajungan-kepiting, yang pengembangannya untuk dibudidayakan tengah kami seriusi. Nilai ekspor rajungan-kepiting di pasar dunia pada tahun 2019 mencapai US$ 4,1 miliar. Menempati posisi kelima dunia sebagai produk perikanan bernilai tinggi. Sedangkan nilai ekspor rajungan-kepiting Indonesia sebesar US$ 366,6 juta.
Melihat data-data di atas, tak ada cara lain, untuk menggarap potensi pasar dari komoditas unggulan tersebut diperlukan peningkatan volume dan kualitas
produk guna menambah daya saingnya.
Benar kita punya pekerjaan rumah di bidang ini. Misalnya soal infrastruktur tambak yang belum sesuai standar yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas air hingga menimbulkan penyakit pada udang. Kemudian persoalan pakan, di mana bahan baku pembuatannya masih harus impor sehingga ongkos produksi menjadi tinggi. Namun yang perlu dicatat, kita juga punya kelebihan mulai dari potensi lahan, kondisi alam yang cocok untuk budi daya udang, hingga banyaknya sumber daya manusia.
Untuk itu, kita perlu menyempurnakan tata kelola budi daya udang yang selama ini berjalan. Orientasinya bukan pada luasan tambak yang berhasil dibuka, tapi produktivitas dan kualitas udang yang dihasilkan dari tambak yang beroperasi.
Di sinilah dibutuhkan peran hasil riset sebagai acuan pengelolaan tambak. Sebab target kegiatan ini bukan sebatas nilai-nilai rupiah tapi juga usaha yang berkelanjutan yang berarti kelestarian lingkungan harus ikut dijaga.
KKP sudah menyiapkan skema untuk budi daya udang ini, salah satunya dengan membangun shrimp estate. Mengenai lokasi termasuk perencanaan bisnis yang akan dipakai sedang dimatangkan oleh tim di Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB). Pembangunan ini merupakan Pilot Project, dan bila berhasil siap diduplikasi ke daerah-daerah lain di Indonesia.
Kemudian mengenai rumput laut. Sejatinya, angka ekspor rumput laut bisa lebih banyak sebab Indonesia termasuk jajaran negara penghasil rumput laut terbesar di dunia. Untuk pengembangan rumput laut ini, KKP siap membangun kampung-kampung rumput guna peningkatan kualitas dan daya saing produk. Lokasi, model dan perencanaan bisnisnya juga tengah dimatangkan oleh DJPB.
Ke depan, budidaya lobster juga akan kami genjot produktivitasnya. Benur yang ditangkap oleh nelayan, seutuhnya untuk kebutuhan budidaya lobster di dalam negeri. Unit Pelayanan Teknis (UPT) milik KKP akan siap membeli benur yang ditangkap nelayan di wilayah ditentukan. Untuk memudahkan ketelusuran, para nelayan akan diberikan smart card agar mudah mengetahui asal daerah tangkapannya.
Selain itu, kampung-kampung lobster juga akan dibangun sebagai bentuk implementasi dari program pengembangan budidaya biota laut yang satu ini. Dan yang tak kalah penting, tindakan tegas siap diambil kepada para penyelundup benih bening lobster yang selama ini merugikan negara dan pembudidaya di Indonesia. KKP bersama TNI AL dan Polri sudah sepakat memerangi praktik penyelundupan benur ini.
Kesolidan Tim
Saya menyadari, tugas yang diemban oleh KKP lumayan berat. Targetnya begitu besar untuk mengoptimalkan potensi sumber daya kelautan dan perikanan Indonesia yang bisa dikatakan selama ini dalam keadaan 'setengah tidur'.
Itulah sebabnya, saya minta tim KKP bahu-membahu mewujudkan mimpi besar menjadikan perikanan budidaya sebagai mesin ekonomi baru sektor kelautan dan perikanan. Bagi saya, kemajuan perikanan budidaya terealisasi karena adanya tim yang solid. Untuk itu perlu diwujudkan 'Superteam', bukan 'Superman'.
Kebangkitan ekonomi global dan nasional di tengah upaya pemulihan masa pandemi, tentu saja menjadi harapan baru yang harus disambut dengan optimis oleh kalangan pelaku usaha Indonesia.
Terobosan yang dilakukan KKP dalam menata sektor budi daya perikanan diharapkan memberi ruang bagi tumbuh berkembangnya pelaku usaha domestik. Momentum yang dibangun KKP ini perlu dimanfaatkan secara maksimal melalui pengembangan inovasi dan kreativitas di kalangan pengusaha.
Selain itu juga diharapkan dukungan dari pemerintah daerah, dan stakeholder perikanan lainnya. Hasil akhir dari kerja keras yang kita jalani bersama nantinya tentu bukan untuk KKP, tapi demi kejayaan negeri kita tercinta.
*) Penulis merupakan Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono.