Gejolak Saham hingga Harga Minyak Bikin Investor Deg-deg Ser

Gejolak Saham hingga Harga Minyak Bikin Investor Deg-deg Ser

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 08 Mar 2021 12:04 WIB
Bursa saham Wall Street di AS
Ilustrasi/Foto: Reuters

OPEC+ mengatakan sebagian besar akan membatalkan pengurangan produksi selama bulan April. Rusia dan Kazakhstan diberikan pengecualian untuk sedikit meningkatkan produksi mereka.

Padahal sebelumnya OPEC + setuju pada bulan Januari untuk menjaga produksi tetap stabil selama Februari dan Maret. Pada saat itu, Arab Saudi juga berjanji untuk memangkas produksinya dengan tambahan 1 juta barel per hari. Untuk Arab Saudi sendiri dia sepakat untuk memperpanjang pemotongan ekstra hingga April.

Dalam beberapa bulan terakhir, kenaikan harga minyak telah membuat produsen lebih yakin bahwa pasar berada pada pijakan yang kokoh setelah pandemi usai. Namun untuk saat ini, sejumlah kelompok industri energi memilih untuk bermain aman.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akibatnya, harga minyak melonjak. Minyak AS terakhir diperdagangkan di atas US$ 65 per barel untuk pertama kalinya sejak Januari 2020. Minyak mentah berjangka Brent, patokan global, mendekati US$ 68,50.

Analis minyak UBS Giovanni Staunovo berpendapat harga minyak AS akan naik menjadi US$ 72 per barel akhir tahun ini jika lonjakan permintaan energi yang diharapkan terwujud saat ekonomi dibuka kembali.

ADVERTISEMENT

"Dengan pendekatan yang hati-hati dari OPEC + dan pertumbuhan produksi yang terbatas di luar grup, persediaan minyak kemungkinan besar akan turun dengan cepat pada bulan April," kata Staunovo.


(ara/ara)

Hide Ads