Beras hitam merupakan salah satu jenis beras dari spesies Oryza Sativa L. Konon pada zaman kekaisaran China, beras hitam ini disebut sebagai beras terlarang atau forbidden rice, karena hanya orang-orang tertentu seperti kaisar yang memakannya.
Kendati begitu, kini masyarakat biasa dapat menikmati beras yang punya segudang manfaat ini. Tak heran warga di Desa Mlatiharjo, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak, Jawa Tengah pun turut membudidayakan beras ini karena memiliki nilai jual yang tinggi, salah satunya Herry Sugiartono.
Tono yang merupakan Perintis Koperasi Serba Usaha (KSU) Citra Kinaraya ini mengatakan, dari segi ekonomi, beras hitam jadi salah satu produk pertanian yang menguntungkan dan memiliki peluang untuk dikembangkan. Sebab, beras hitam berbeda dengan beras putih, merah atau beras ketan yang dikonsumsi masyarakat umumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi sebetulnya di dunia kan ada beberapa pangan ya, beras hitam itu termasuk superfood, jadi pangan yang kandungannya bagus untuk kesehatan. Cuman kan beras hitam kita belum memasyarakat lah, tapi pasar sudah mulai mencari," ujar Tono kepada detikcom saat Jelajah UMKM beberapa waktu lalu.
Menurutnya, harga yang dipasarkan pun cenderung lebih tinggi dibanding beras pada umumnya. Sebabnya, kandungan karbohidrat yang lebih sedikit dibanding beras lainnya, dan juga masa tanam yang lebih lama membuat beras ini memiliki nilai jual tinggi.
"Beras hitam ini paling mahal bisa sampai Rp 40 ribu/kg (jika dipasarkan), kalau Rp 20 ribu itu yang beras putih mlati, beras merah harganya 20, 22, 25 bervariasi, tergantung penjualnya," jelasnya.
![]() |
Dia pun mengungkapkan dibanding dengan beras putih dan beras merah umur beras hitam saat panen cenderung lebih lama. Padi hitam membutuhkan waktu 120 sampai 140 hari untuk masa panennya. Sedangkan beras putih hanya 90 hari. Selain itu bulir-bulir padi hitam lebih sedikit jika dibandingkan padi putih.
"Jadi karena itu dalam satu lahan dengan luas yang sama, antara hasil panen beras putih dan beras hitam, kuantitas yang dihasilkan cenderung berbeda," ungkapnya.
Diketahui, beras hitam yang di produksi Herry di KSU Citra Kinaraya ini merupakan beras semi organik, karena masih menggunakan pupuk kimia dalam proses penanamannya. "Cuman porsinya sudah kita kurangi dan perlakuan organik sudah kita upayakan. Kalau kita klaim organik, susah juga, karena butuh sertifikasi lahan, padahal kita nggak bisa bikinnya," jelasnya.
Sebagai informasi, Korporasi Petani Koperasi Serba Usaha (KSU) Citra Kinaraya memiliki anggota hingga 126 orang, dengan luas lahan pertanian yang digarap mencapai 280 hektare. Dalam 1 hektare lahan, petani bisa panen bisa 6-7 ton setiap tiga bulan.
Koperasi ini juga merupakan koperasi binaan Bank BRI. Kisah dari beras hitam di koperasi ini menjadi satu dari kumpulan kisah dalam program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia. Program Jelajah UMKM mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap kunjungi detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(akn/hns)