Jakarta -
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengungkapkan banyak pelaku ritel dan mal atau pusat perbelanjaan yang gugur alias tutup operasi karena terdampak pandemi COVID-19.
Tidak hanya tutup, Ketua APPBI Alphonsus Widjaja mengatakan ada pula pusat perbelanjaan yang menjual asetnya karena terdampak pandemi yang sudah berlangsung selama setahun belakangan ini.
"Penutupan usaha ritel ataupun dijualnya pusat perbelanjaan dalam kondisi seperti saat ini memang sudah diperkirakan akan terjadi dikarenakan ritel dan pusat perbelanjaan sudah menderita dan terpuruk selama lebih dari satu tahun," kata dia kepada detikcom, Jakarta, Rabu (24/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan, daya tahan sebuah perusahaan berbeda sehingga keputusan untuk menutup operasi harus dilakukan. Apalagi, diperkirakan banyak pelaku usaha ritel khususnya di bidang fashion tertekan akibat COVID-19 di tahun 2021.
"Salah satu sektor Ritel yang cukup terpukul selama pandemi adalah kategori fashion (sandang/busana)," katanya.
Di Indonesia sendiri toko ritel besar sekelas Giant dan Hero mulai menutup banyak tokonya tahun ini. Dari catatan detikcom, Giant sudah menutup 7 tokonya dan Hero telah menutup 26 cabang tokonya.
Seperti apa kronologi badai penutupan ritel selama pandemi COVID-19 di Indonesia? Klik halaman selanjutnya.
Tonton juga Video: Produk Prancis Mulai Ditarik Pengusaha Ritel Indonesia
[Gambas:Video 20detik]
Kejadian penutupan massal toko ritel pertama kali menimpa Hero di awal tahun ini, tepatnya di bulan Januari. Hero terpaksa menutup toko hingga melakukan PHK pada 532 karyawannya. Penutupan dilakukan untuk mendukung keberlanjutan bisnis dengan memaksimalkan produktivitas kerja.
"92% karyawan telah menerima dan menyepakati untuk mengakhiri hubungan kerja, serta telah mendapatkan hak sesuai dengan Undang-undang Kementerian Tenaga Kerja RI No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan," kata Corporate Affairs GM Hero Supermarket, Tony Mampuk dalam keterangannya resminya pada Minggu, (13/1/2019).
Tony menyatakan ada kerugian pada bisnis makanan yang turut mempengaruhi kinerja toko ritel ini. Tony mengatakan, memang secara konsolidasi pada kuartal III 2018 ada perolehan laba bersih perseroan.
Dia menyampaikan kerugian ini lebih buruk dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 79 miliar. Tony menjelaskan 532 karyawan yang di-PHK adalah karyawan food business.
Sedangkan Giant, awalnya memutuskan menutup 6 tokonya pada 28 Juli 2019 lalu. Direktur PT Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo mengatakan, penutupan 6 toko Giant tersebut disebabkan oleh persaingan ritel makanan di Indonesia yang semakin ketat.
"Ritel makanan di Indonesia mengalami peningkatan persaingan dalam beberapa tahun terakhir karena perubahan pola belanja konsumen. Giant adalah brand yang kuat namun kami harus terus beradaptasi untuk bersaing secara efektif dengan menerapkan program multi-year transformation untuk memberikan peningkatan jangka panjang," jelas Hadrianus dalam keterangan tertulisnya, pada Selasa (25/6/2019).
Hingga Mei 2019, Giant sendiri telah memiliki 125 toko yang tersebar di Indonesia. Artinya, dengan ditutupnya 6 gerai tersebut maka Giant hanya memiliki 119 toko di seluruh Indonesia.
Selang beberapa bulan, satu lagi gerai Giant ditutup. Kali ini giliran Giant Ekstra yang ada di Poins Square yang terpaksa harus gulung tikar pada September 2019. Dengan penutupan toko ini, totalnya selama 2019 Giant sudah menutup 7 toko.
Dari pantauan detikcom, setiap ada toko Giant yang mau tutup, toko bakal memberikan diskon gila-gilaan. Niatnya agar barang di toko cepat habis alias cuci gudang.
Sekarang, Centro Bintaro Xchange di Tangerang Selatan, Banten dikabarkan akan tutup setelah sebelumnya jaringan ritel milik Parkson Retail Asia Ltd yang tercatat di Bursa Singapura, lewat PT TozySentosa ini sudah menutup gerai yang berada di Plaza Ambarrukmo, Yogyakarta.